REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO dan pendiri Damn! I Love Indonesia Daniel Mananta menilai ada beberapa kekurangan yang masih dimiliki beberapa pewirausaha muda Indonesia. Kekurangan itu adalah implementasi ide cemerlang yang tak maksimal sehingga hasilnya setengah-setengah.
Ia memberi contoh, sebuah produk keren namun daya tariknya tak terlihat karena pembuatan kemasan yang jelek, namun tak mau repot meminta perbaikan. Semua hal yang tak sesuai ekspektasi diterima begitu saja sehingga hasilnya biasa saja. "Mental cincai, mental kompromi, itu yang harus diubah dari mindset kita," kata Daniel di Jakarta, Senin (25/7).
Ia menambahkan wirausahawan harus punya mental untuk bermimpi setinggi langit dan berani bersaing dengan banyak kompetitor, termasuk orang-orang dari luar negeri. Kadang kala, rasa tidak percaya diri mendominasi sehingga potensi yang ada malah terkubur.
"Kita mikir butuh bantuan orang lain, padahal bisa pakai kekuatan sendiri," kata Daniel yang pernah mengalami hal seperti itu.
Dengan adanya internet, potensi pewirausaha lokal untuk bersaing secara global terbuka lebar. Bahkan, Daniel juga memungkinkan pengiriman produk-produk Damn! I Love Indonesia ke seluruh dunia untuk memperluas pasar.
"Jadi gue percaya diri banget sebagai anak muda bisa berkompetisi dengan market global," kata Daniel yang telah mengirim produk Damn! I Love Indonesia ke Kanada dan Amerika Serikat.
Ia mengajak anak-anak muda yang ingin mengikuti jejaknya sebagai pengusaha untuk segera beraksi ketimbang terlalu banyak menganalisa hingga terus ditunda sampai akhirnya dibatalkan. "Buat riset dan lakukan saja dulu," katanya.
Kegagalan memang menjadi risiko. Tetapi Daniel mengajak untuk melihat dari sisi positif. "Kalau gagal bisa belajar, kalau tidak pernah dilakukan ya akan gagal."