REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Presiden Joko Widodo meminta pertikaian antara anggota TNI dengan Polri dihentikan, sehingga pertikaian di masa lalu tidak boleh terulang lagi.
"Tanpa menutup mata, kita masih mendengar berita mengenai pertikaian TNI-Polri. Ke depan ini tidak boleh terjadi lagi, setiap dan harus disudahi," kata Presiden saat melantik 720 perwira Akademi TNI dan Polri di Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, Selasa (26/7).
Presiden mengatakan TNI dan Polri merupakan alat terdepan keamanan, pertahanan NKRI. "TNI-Polri harus bersinergi, berkoordinasi, bersatu, gotong-royong bagi bangsa negara," kata Presiden.
Anggota TNI dan Polri diminta Jokowi menghilangkan ego sektoral, meningkatkan soliditas-solidaritas, menjaga kemanunggalan TNI-Polri dengan rakyat. Presiden juga berpesan TNI-Polri harus reponsif, peka dan meningkatkan kinerja profesional.
Presiden juga berharap kritik dari masyarakat harus dapat dijadikan sebagai masukan, perbaikan kinerja dan untuk memperbaiki kualitas institusi, agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan strategis. "Lakukan tugas dan pelayanan profesional dan prosedural, menjunjung tinggi UU, kode etik profesi dan HAM. Selamat bertugas dan mengabdi pada ibu pertiwi," kata Presiden.
Dalam acara pelantikan ini hadir Menko Polhukam Luhut Pandjaitan, Seskab Pramono Anung, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriyatna, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnivian, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Perwira Akademi TNI-Polri yang dilantik berjumlah 720 orang yang terdiri atas 420 perwira TNI dan 300 Perwira Polri.
Sebanyak 420 perwira TNI ini terdiri atas Akmil (matra Angkatan Darat) sebanyak 221 perwira Akademi Angkatan Laut sebanyak 91 perwira dan Akademi Angkatan Udara 108 perwira. Sedangkan dari Akademi Kepolisian terdiri 251 perwira putra dan 49 perwira wanita.