REPUBLIKA.CO.ID, OKINAWA -- Militer Amerika Serikat pada Jumat (29/7) mengatakan, sedang mempersiapkan diri mengembalikan bagian terbesar dari Pulau Okinawa sejak 1972. Pengembalian bagian pulau ke pemerintah Jepang dilakukan di tengah lonjakan protes atas kehadiran militer AS di pulau tersebut.
Okinawa merupakan markas kunci militer AS di Asia, yang sedang menghadapi makin kuatnya posisi Cina. Markas ini merupakan rumah bagi 30 ribu personel militer di pangkalan yang mencakup seperlima dari pulau.
"Kami menghormati perasaan warga Okinawa, di mana 'jejak kaki' kami harus dikurangi," kata Komandan AS di Pulau Okinawa Letnan Jenderal Lawrence D. Nicholson dalam sebuah siaran pers.
Setelah helipad baru selesai dibangun, militer AS akan menyerahkan kembali 4.000 hektar lahan kepada pemerintah Jepang. Jumlah tersebut setara dengan 17 persen dari wilayah Pulau Okinawa.
Pengembalian wilayah awalnya disepakati pada 1996, namun tertunda oleh pengunjuk rasa yang memblokir pembangunan helipad.
Warga lokal juga semakin marah, ketika kasus pekerja sipil AS Kenneth Franklin mencuat. Ia terbukti membunuh seorang wanita Jepang, RIna Shimabukuro. Nicholson saat itu mengumumkan masa berkabung 30 hari. Pascakejadian ia juga melarang marinir minum-minuman beralkohol di markas tersebut.
Kasus Franklin bukan kali pertama terjadi. Tahu 1996 tiga prajurit AS pernah memperkosa seorang siswi Jepang, Itu membuat pemerintah AS dan Jepang setuju memindahkan beberapa pasukan keluar Okinawa.