REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kota Cirebon telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Jabar. Untuk menyambut banyaknya wisatawan yang berkunjung, maka dinilai kebutuhan untuk ride and park atau lahan khusus untuk bus-bus dan kendaraan pribadi untuk parkir sementara.
‘’Ride and park merupakan solusi dari segala kemacetan, terutama saat libur akhir pekan,’’ kata Kepala Bidang (Kabid) Lalulintas (Lalin) Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi (Dishubinkom) Kota Cirebon Syahroni, Selasa (2/8).
Saat akhir pekan, kendaraan-kendaraan, baik mobil pribadi maupun bus, berdatangan ke Kota Cirebon untuk berwisata. Selain mengunjungi objek wisata, banyak pula yang sekedar ingin menikmati kuliner khas Cirebon.
Namun, belum adanya lahan parkir khusus untuk bus-bus pariwisata dan kendaraan pribadi membuat badan jalan menjadi sasaran untuk tempat parkir. Akibatnya, kemacetan menjadi tak terhindarkan di sejumlah ruas jalan.
Syahroni mengakui, meski keberadaan ride and park sangat penting, namun tak mudah untuk merealisasikannya. Faktor ketersediaan lahan dan pembebasan lahan menjadi salah satu penghambat utama. "Dibutuhkan pula kajian dari beberapa instasi terkait, seperti Disporabudpar dan Bappeda,’’ terang Syahroni.
Syahroni menilai, lokasi yang sesuai untuk dijadikan sebagai area ride and park haruslah di jantung Kota Cirebon. Seperti misalnya di dekat Alun-Alun Kejaksaan, tepatnya dibekas lahan eks Grand Hotel. Dengan demikian, maka taksi wisata, becak wisata, dan angkutan lainnya bisa ngetem di tempat itu untuk menjemput penumpang. ‘’Kalau tempatnya parkirnya tidak ada, maka mobil dan bus-bus besar jadinya akan parkir kemana-mana,’’ terang Syahroni.
Sebelumnya, Syahroni juga sempat merencanakan tentang penempatan parkir di luar badan jalan dalam Rencana Umum Tatang Ruang (RUTR). Adapun parkir di luar badan jalan tersebut ditempatkan di beberapa titik, seperti Gunungsari, Pekalipan, Kejaksan, Pasuketan, dan Pekiringan.