REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Publik kini tengah menunggu apakah Tri Rismaharini akan maju sebagai calon gubernur di Pilkada DKI Jakarta. Pengamat politik Hariyadi menilai wanita yang akrab disapa Risma itu bisa menjadi 'mimpi buruk' bagi Cagub pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), jika memastikan diri maju di Pilkada DKI Jakarta.
Di lihat dari segi peluang kemenangan, Hariyadi menuturkan survei Risma memang sudah terbilang menakjubkan. Sebab belum turun saja, nilai surveinya sudah terpaut tipis dengan pejawat
Sehingga kalau sudah mendaftar dan bergerak dipastikan nilai elektabilitas Risma akan naik. Terlebih jika kendaraan politik Risma adalah partai besar PDIP, dan kemungkinan nanti akan juga didukung oleh partai lain seperti PKS.
"Dari segi gaya kepemimpinan dan leadership memang Risma dan Ahok hampir setipe. Tapi yang membedakan keduanya adalah dalam membuat kebijkan Ahok cenderung lebih business friendly, sedangkan Risma ini bekerja dengan hati dan lebih berorientasi publik," katanya.
"Dan jangan lupa Bu Risma ini media darling," ucapnya.
Hariyadi mengatakan jika Risma benar maju, maka hal itu adalah mimpi buruk bagi Ahok. Hariyadi melanjutkan, menurutnya sikap yang ditunjukkan Risma saat ini hampir mirip dengan sikapnya saat awal mula kemunculannya sebagai calon wali kota Surabaya di periode pertama.
"Risma selalu menyatakan sikap keengganan seolah dirinya tidak mau. Dan sikap ini juga yang ia tunjukkan saat akan maju ke pencalonan wali kota Surabaya periode yang kedua," katanya, Selasa (2/8).
Hariyadi mengatakan saat ini Risma masih melihat respons dukungan dari publik untuk dirinya. Jika mendapat desakan yang kuat dari banyak pihak, menurut Hariyadi, Risma dipastikan akan luluh dan mau saja untuk maju.
Terlebih karena dari segi personal, Risma adalah kader politik yang loyal. Jika pengurus pusat PDIP nantinya memberikan mandat dan rekomendasi bagi Risma untuk maju, Risma pasti tidak akan bisa menolak.
Akan tetapi, sebagai seorang politisi yang memiliki jaringan, tentunya saat ini tim dari Risma dan partai sedang turun ke lapangan di DKI Jakarta. Tujuannya adalah untuk check and recheck, apakah suara dukungan yang selama ini muncul adalah suara nyata ada atau hanya manipuasi saja.
"Untuk risiko, yang jelas berangkat atau tidak, nanti Bu Risma dan partai pasti sudah memiliki hitungan yang rigid untuk maju atau tidak. Mereka tidak akan gegabah, dan dari segi militansi PDIP jika maju tentu tidak ada pilihan untuk kalah," jelasnya.