Rabu 03 Aug 2016 23:55 WIB

PMI DIY Tingkatkan Kesiagaan Hadapi Cuaca Ekstrem

Ruang pengawasan BMKG (ilustrasi)
Foto: Antara Foto
Ruang pengawasan BMKG (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Palang Merah Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta meningkatkan kesiapsiagaan dengan seluruh relawan di lima kabupaten/ kota menghadapi potensi bencana yang disebabkan cuaca ekstrem yang kemungkinan terjadi selama musim kemarau basah.

"Kesiapan seluruh relawan kami tingkatkan karena setiap ada peristiwa bencana kami harus selalu ada di depan," kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Herry Zudianto di sela acara Syawalan PMI se-DIY di Yogyakarta, Rabu (3/8) malam.

Herry mengatakan setelah mendapatkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengenai anomali cuaca sepanjang kemarau basah pada pekan lalu, PMI DIY mengintensifkan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY.

"Prinsip kami kalau ada bencana, paling lambat enam jam tim kami (PMI) harus sudah ada di lokasi bencana, sehingga koordinasi lintas sektor perlu terus kami lakukan," kata dia.

Sementara itu, Wakil Koordinator Bidang Unit Tranfusi Darah PMI DIY Suryanto mengatakan selain kesiapsiagaan relawan, ketersediaan stok darah juga cukup aman. "Meski kebutuhan darah selama momentum Lebaran kemarin cukup tinggi, namun ketersediaan kantung darah masih aman," kata dia.

Ia menyebutkan untuk persediaan darah Unit Transfusi Darah (UTD) PMI se-DIY per hari ini atau Rabu (3/8) mencapai 432 kantong darah. Paling banyak di PMI Kota Yogyakarta mencapai 214 kantong darah, disusul Kabupaten Kulo progo 100 kantong darah, Bantul 58 kantong darah, Sleman 37 kantong darah, dan Gunung Kidul 23 kantong darah.

Sebelumnya peringatan dini cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai petir, gelombang tinggi, dan angin kecang telah dikaluarkan BMKG Yogyakarta untuk periode 16-21 Juli. Selanjutnya kembali diterbitkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk periode 21-23 Juli 2016.

Cuaca ekstrem tersebut disebabkan adanya tekanan udara rendah di Perairan Barat Daya Pulau Jawa karena di area laut tersebut memiliki suhu yang hangat atau panas dibandingkan dengan area laut lainnya.

Koordinator Pos Klimatologi dan Geofisika BMKG Yogyakarta Joko Budiono mengatakan kondisi kemarau pada tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya karena pada tahun ini masih kerap terjadi hujan saat musim kemarau. "Tahun ini terjadi kemarau basah. Kondisi ini termasuk dalam gangguan iklim," kata dia.

Tingginya potensi curah hujan antara 10 hingga 50 milimeter pada musim kemarau juga meningkatkan potensi terjadinya angin kencang dan petir pada saat hujan. "Masyarakat kami imbau tetap waspada. Kondisi laut dan atmosfer juga selalu berubah-ubah setiap saat," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement