Jumat 05 Aug 2016 18:22 WIB

Presiden Diminta Bentuk Tim Independen Usut Laporan Freddy Budiman

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Bayu Hermawan
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor Kontras, Jakarta, Rabu (3/7).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor Kontras, Jakarta, Rabu (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Kontras Haris Azhar menilai harus ada tim khusus dan terpadu yang fokus dan berkonsentrasi menindaklanjuti pengakuan Freddy Budiman, terkait keterlibatan aparat penegak hukum dalam bisnis Narkoba. Sebab menurutnya, jika BNN, Polri dan TNI membentuk tim sendiri maka berujung hanya pada pemecatan dan tak transparan.

Haris menilai perlu adanya aksi dari presiden untuk membuat tim khusus yang memang melakukan investigasi ke internal institusi penegak hukum. Tak hanya mengusut, tetapi juga menindak tegas oknum yang terlibat dan mengevaluasi kinerja institusi tersebut.

"Kami menaruh harapan informasi yang kami sampaikan bisa ditindaklanjuti presiden. Dengan membentuk tim independen dibawah kordinasi presiden," ujarnya di Kantornya, Jumat (5/8).

Haris mengatakan harusnya pemerintah bisa menengahi laporan warga ini. Karena praktik praktik korup dan keterlibatan aparat dalam jaringan narkotika memang benar benar ada.

Ia menilai jika pemerintah memang mempunyai komitmen untuk memberantas Narkoba maka semestinya negara bisa hadir dan mau mengusut laporan masyarakat. Haris juga meminta pemerintah, dibawah presiden bisa transparan dalam hal ini.

"Saya ingin mengatakan negara sifatnya lebih konsolidatif. BNN bikin sendiri, TNI dan Polri bikin sendiri. Daripada sendiri sendiri ujungnya pemecatan. Itu enggak menjawab gurita modus. Ini di konsolidasikan saja," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement