REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kota Padang, Sumatra Barat dikenal Islami. Namun, itu sama sekali tidak berarti warga non-Muslim tidak nyaman hidup di Padang.
Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah, menegaskan kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Padang memang senantiasa terjaga, termasuk antar umat beragama. Ia menilai, itu semua dapat diwujudkan karena komunikasi terjalin baik, sehingga membuat warga apapun latar belakangnya merasa nyaman.
Untuk itu, ia menolak keras kalau ada orang yang menganggap kehidupan Islami di Kota Padang selama ini, membuat masyarakat non-Muslim tidak nyaman. Mahyeldi menantang apabila ada orang yang beranggapan serupa tanpa melihat fakta, untuk berhadapan dengannya langsung.
"Kalau ada yang bilang non-Muslim tidak nyaman di Padang, orang itu perlu berhadapan dengan saya," kata Mahyeldi kepada Republika.co.id, Jum'at (5/8).
Ia menerangkan, terjaganya kemajemukan di Kota Padang memang sudah berlangsung bertahun-tahun, dan masyarakat seperti sudah terbiasa menjaganya. Orang-orang pendatang yang tinggal tidak jarang lebih menguasai bahasa dan kebudayaan Padang, dibanding tempat asal mereka.
Mahyeldi berpendapat, fakta-fakta itu jelas menunjukkan masyarakat Kota Padang sudah menyatu dan komunikasi memang terintegrasi dengan baik. Selain itu, orang-orang pendatang tidak sedikit yang memberi peran mereka di tengah masyarakat, dan memang dilakukan demi kemajuan Kota Padang.
"Itu karena kita semua sudah menganggap kampung kita, itu fakta yang ada," ujar Mahyeldi.
Terkait pemberitaan media yang kerap menyudutkan Islam, baik nasional maupun internasional, ia mengaku tidak ambil pusing dengan kondisi tersebut. Mahyeldi merasa itu memang sudah menjadi agenda orang-orang tertentu, yang memang membenci dan ingin memberi kesan buruk kepada Islam.