Senin 08 Aug 2016 14:42 WIB

Kaisar Akihito Siratkan Keinginan Pensiun dari Takhtanya

Rep: Melissa Riska Putri/ Red: Indira Rezkisari
Warga di Tokyo Jepang menonton pidato yang disampaikan Kaisar Akihito, Senin (8/8), terkait kondisi kesehatannya.
Foto: Reuters
Warga di Tokyo Jepang menonton pidato yang disampaikan Kaisar Akihito, Senin (8/8), terkait kondisi kesehatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kaisar Jepang Akihito (82 tahun) dalam sebuah pidato langka pada Senin (8/8), menyampaikan kekhawatirannya terhadap usia yang mungkin membuatnya sulit untuk melaksanakan tugas sepenuhnya.

Dalam sambutannya yang disiarkan secara nasional, Akihito juga mengatakan ada batas untuk mengurangi tugas kaisar sebagai simbol negara, status yang diberikan kepada raja di bawah konstitusi pasca-perang Jepang.

NHK melaporkan bulan lalu, Akihito yang telah menjalani operasi jantung dan dirawat karena kanker prostat ingin mundur dalam beberapa tahun. Tindakan Akihito ini merupakan sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jepang modern.

Kaisar didefinisikan dalam konstitusi sebagai simbol negara dan persatuan rakyat, dan tidak memiliki kekuasaan politik.

Dalam video pidatonya, Akihito berhenti sebentar untuk mengatakan langsung bahwa ia ingin melepaskan posisinya, yang bisa ditafsirkan sebagai campur tangan dalam politik.

"Ketika saya menganggap bahwa tingkat kebugaran saya secara bertahap menurun, saya khawatir mungkin menjadi sulit bagi saya untuk melaksanakan tugas saya sebagai simbol negara dengan seluruh diri saya, seperti yang saya lakukan sampai sekarang," katanya.

Menurut para ahli, Akihito merasa yakin performa penuh seorang kaisar dalam menjalankan tugas adalah integral dari peran konstitusionalnya. Jajak pendapat menunjukkan, sebagian besar warga Jepang bersimpati dengan keinginan kaisar untuk pensiun, tapi itu artinya Jepang akan membutuhkan perubahan hukum.

Ide tersebut tampaknya telah memicu perlawanan dari pihak konservatif Perdana Menteri Shizo Abe, mereka khawatir perebatan tentang masa depan keluarga kekaisaran bisa melebar pada topik membiarkan wanita mewarisi dan meneruskan takhta. Hal tersebut bertentangan kebiasaan selama ini.

Naruhito hanya memiliki satu putri. Karena hanya pria yang bisa mewarisi takhta kerajaan Jepang atau Takhta Bunga Krisan, takhta setelah Naruhito akan jatuh pada saudara laki-lakinya Pangeran Akishino lalu ke keponakannya yang berusia kini 9 tahun, Hisahito, dilansir dari Reuters.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement