REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Pemerintah Filipina berjanji utnuk membenahi lembaga pemasyarakatan (lapas), khususnya terkait kapasitas yang tak lagi mencukupi.
Hal itu juga berkaitan dengan komitmen Presiden Rodrigo Duterte ihwal perang terhadap narkoba. Sejauh ini, kondisi lapas di Filipina dinilai menyedihkan dan kurang manusiawi.
Strait Times melaporkan, Selasa (9/8), pemerintah Filipina merespons sorotan pers internasional belakangan ini. Salah satunya, hasil liputan fotografer AFP yang menggambarkan sesaknya kondisi penjara di dalam lapas Kota Quezon, Filipina.
Saking padatnya, penghuni penjara sampai harus bergantian untuk bisa berbaring tidur dengan berdesak-desakan. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang memilih tidur di atas anak tangga.
Menurut Wakil Walikota Quezon, Joy Belmonte, hasil potret AFP ikut membuka mata publik Filipina. Karenanya, pemerintah konsen mempercepat pembangunan sejumlah fasilitas baru di lapas.
Pada Senin (8/8) lalu, pemerintah kota Quezon telah menandatangani kesepakatan untuk mendonasikan lahan kepada pemerintah pusat. Tujuannya agar kompleks lapas dapat diperluas. Rencananya, bangunan baru akan menggantikan penjara lama di utara Manila. Berdiri sejak enam tahun lalu, lapas lama berkapasitas 800 orang namun kini diisi hampir empat ribu narapidana.
“Foto-foto itu sangat menghentak. Kita melihat bagaimana para narapidana tidur bertumpuk-tumpuk begitu. Saya menilainya sebagai pelanggaran atas hak asasi manusia. Itu persoalan mendesak,” kata Belmonte kepada AFP seperti dikutip Straits Times, Selasa (9/8).
Menteri Dalam Negeri Ismael Sueno menjelaskan, pemerintah Filipina akan mengalokasikan dana untuk perluasan lapas. Ada penambahan sekitar 80 persen narapidana semenjak kampanye anti-narkoba digalakkan Presiden Duterte.
Ia menjabat sebagai presiden sejak 30 Juni lalu. Tak kurang dari 889 orang dieksekusi sejak Mei 2016 terkait peredaran narkoba di Filipina.