REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hijrah menduduki topik penting dalam sejarah kenabian. Dikisahkan Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad, semasa Rasulullah SAW, kaum Muslim pertama kali berhijrah ke Habasyah (Abissinia, Etiopia).
Peristiwa itu terjadi pada tahun kelima kenabian atau 615 M. Para sahabat yang baru masuk Islam mendapatkan permusuhan dan siksaan dari kaum kafir Quraisy.
(Baca: Dimensi Teologis dalam Jejak Migrasi Manusia)
Tatkala siksaan semakin berat, Rasulullah memerintahkan para sahabat mencari perlindungan ke Habasyah yang diperintah oleh Raja Najasyi. Habasyah dipilih lantaran rajanya dikenal adil dan memiliki hubungan baik dengan kaum Muslim. Umat Islam hijrah ke Habasyah sebanyak dua kali. Hijrah pertama sebanyak 11 laki-laki dan lima wanita, sedangkan hijrah gelombang kedua sekitar 83 laki-laki dan 18 wanita.
Tahun 622 M, kaum Muslim kembali diperintahkan berhijrah. Kali ini, ke Yastrib atau Madinah. Ada beberapa faktor yang memicu peristiwa hijrah ke Madinah. Pertama, siksaan kaum kafir terhadap Muslim yang tidak kunjung surut. Upaya pembunuhan terhadap Nabi Muhammad dilakukan berkali-kali. Kedua, dakwah berkembang pesat di Madinah.
Kaum Muslim di kota itu sudah cukup banyak. Mereka siap menyambut kedatangan Rasulullah. Peristiwa hijrah ini diikuti oleh hampir semua kaum Muslim yang ada di Makkah. Ada yang terang-terangan, ada yang sembunyi-sembunyi menempuh perjalanan hijrah. Dalam kondisi tertentu, hijrah bisa jadi kewajiban, misalnya, saat kondisi keimanan kaum Muslim di suatu tempat terancam.