REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus mantan Menteri ESDM Arcandra Tahar yang memegang paspor AS dan Indonesia alias memiliki kewarganegaraan ganda dipandang sebagai masalah penting. Ironisnya, ada tokoh-tokoh yang merasa itu bukanlah permasalahan besar.
Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faisal Zaini, mengungkapkan kekhawatiran atas pihak-pihak yang meremehkan kasus dua kewarganegaraan seorang menteri. Pasalnya, tanggapan enteng terlontar dari orang-orang yang bisa dikatakan tokoh-tokoh Indonesia, yang tentu menjadi sorotan masyarakat.
"Kita khawatir dengan tokoh yang menganggap enteng masalah ini, merasa dua kewarganegaraan bukan masalah serius," kata Helmy, Rabu (17/8).
Ia berpendapat, sikap enteng yang diumbar tokoh-tokoh tentang permasalahan Arcandra Tahar, bukanlah pembelajaran yang baik bagi generasi penerus. Sikap enteng, lanjut Helmy, seakan meremehkan perjuangan mati-matian yang dilakukan para founding fathers, demi mempertahankan identitas bangsa Indonesia.
Untuk itu, ia meminta semua elemen bangsa Indonesia agar sama-sama menjaga kehormatan Pancasila, persatuan dan kesatuan Republik Indonesia. Helmy berharap, kasus itu dapat menjadi pembelajaran yang memperkokoh persepsi segenap elemen bangsa, dan menghentikan pertikaian serta perdebatan tidak penting.