Jumat 19 Aug 2016 13:19 WIB

Hujan Buatan Terus Dibutuhkan Hingga Akhir Musim Kemarau di Riau

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Angga Indrawan
Kepulan asap membumbung di areal hutan dan lahan yang terbakar di Desa Medang Kampai, Dumai, Riau, Senin (9/8).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Kepulan asap membumbung di areal hutan dan lahan yang terbakar di Desa Medang Kampai, Dumai, Riau, Senin (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Fadrizal Labay, mengatakan wilayahnya masih membutuhkan hujan buatan hingga akhir puncak musim kemarau. Tanpa bantuan hujan buatan, pihaknya mengaku kesulitan mengatasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau.

"Hujan buatan setidaknya harus tetap dilanjutkan hingga Oktober, sesuai prediksi puncak musim kemarau 2016. Sebab, kondisi di Riau ini memang tengah kekeringan, jarang turun hujan, suhu udara maksimum cukup tinggi sehingga tanpa dibantu hujan buatan, akan sulit mengantisipasi munculnya titik panas," ujar Fadrizal ketika dihubungi, Jumat (19/8).

Terlebih, lanjut dia, masih ada temuan-temuan pembakaran lahan oleh masyarakat setempat. Pembakaran lahan untuk keperluan pertanian itu masih tetap dilakukan di puncak musim kemarau ini.

Menurut Fadrizal, program hujan buatan maupun water bombing dari pemerintan pusat hingga kini masih berlangsung. Pihaknya pun belum mendapat pemberitahuan terkait adanya pemberhentian sementara program hujan buatan tersebut.

Dia menjelaskan, hujan buatan sangat diperlukan utamanya untuk menekan potensi naiknya titik panas di wilayah pesisir utara Riau. Beberapa daerah seperti Rokan Hilir, Dumai, Meranti dan Siak memiliki lahan gambut yang cukup luas dengan potensi pembakaran yang tinggi.

"Hujan buatan terbukti bisa menurunkan titik panas. Terbukti memang ada penurunan jumlah titik panas dalam dua hari terakhir setelah turun hujan," tambah dia.

Sementara itu, berdasarkan pantauan satelit Aqua LAPAN, hingga Jumat, tercatat ada 72 titik panas di Sumatera. Sebanyak 636 titik panas bermunculan di Provinsi Kalimantan Barat. Titik panas juga ditemukan di beberapa wilayah lain, seperti Jawa (empat titik), Papua dan Maluku (enam titik) , Nusa Tenggara (empat titik) dan Sulawesi (satu titik).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement