Oleh: Asep Sapaat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada kasus guru yang mendekam di penjara karena mencubit murid. Kasus yang tak kalah memilukan, ada guru yang dikeroyok murid dan orang tuanya di sekolah, sebagai aksi balasan atas dugaan tindakan kekerasan yang terlebih dahulu dilakukan guru kepada muridnya. Apakah guru masih punya kemerdekaan untuk mendidik murid? Apa makna merdeka yang hakiki bagi guru sebagai pendidik? Guru juga manusia.
Kadang bisa berbuat salah dan khilaf. Bahkan, mungkin tak bisa mengendalikan diri saat amarah memuncak. Maka, guru yang merdeka adalah guru yang bisa meredam dan mengalahkan hawa nafsu. Rasulullah SAW bersabda,Seorang yang benar-benar hebat bukanlah orang yang dapat membanting orang lain, melainkan orang yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.
(HR Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Malik). Salah satu ujian terberat guru adalah mendidik murid, bahkan kedua orang tua murid tanpa kekerasan. Tindakan kekerasan adalah ekspresi tindakan yang dikuasai hawa nafsu. Islam telah menuntun kita agar berdakwah dengan kata-kata bijak, pengajaran baik, dan bantahan yang baik (QS an-Nahl: 125).
Mendidik dengan penuh hikmah akan menghasilkan kemaslahatan bagi semua pihak. Jika pun terjadi selisih paham, kepala boleh panas tetapi hati tetap dingin. Firman Allah SWT,Tidak sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang terbaik, maka (cara demikian akan menjadikan) orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan, tiba-tiba menjadi teman yang sangat setia. (QS Fushshilat: 34).
Cara meluruskan kekeliruan murid dengan kata dan perbuatan penuh hikmah mustahil berakhir sampai di meja hijau. Alangkah lebih baik jika guru bisa mengilhami tuntunan Alquran yang memerintahkan Nabi Musa AS untuk bersikap lemah lembut dalam menghadapi Firaun (QS Thaha: 44). Harapannya, perkataan dan sikap guru yang lemah lembut dapat menggugah kesadaran dan menyentuh hati murid agar bersedia tanpa paksaan untuk membenahi segala kekeliruannya.
Muhammad 'Athiyyah al-Ibrasyi dalam Tarbiyah Islamiyah menjelaskan, pendidikan yang mengacu kepada sistem kekerasan tidak bermanfaat bagi murid, kecuali hanya menimbulkan kebodohan dan kebekuan pikiran dalam diri murid. Hukuman bermuatan kekerasan bisa diganti dengan cara bijak dan nasihat baik. Cara yang keliru adalah guru mengancam murid dengan hukuman.
Guru tidak akan melaksanakannya atau tidak mungkin bisa melaksanakannya. Ini artinya, cara ini bisa membiasakan murid bersikap keliru sehingga makin bertambah bahaya dan masalah yang dihadapi akan semakin menyulitkan guru sebagai pendidik. Niat baik (mendidik) harus dilakukan dengan cara yang baik.
Mendidik dengan nirkekerasan adalah solusinya. Jadikan sabar dan kelembutan hati sebagai panduan dalam proses memperbaiki persoalan akhlak para murid. Rasulullah SAW bersabda,Allah menganugerahkan dengan kelemahlembutan apa yang tidak dianugerahkan- Nya melalui kekerasan dan kesulitan, bahkan apa yang tidak dianugerahkan dengan cara yang lain. (HR Muslim). Taklukkan hawa nafsu, itulah rahasia terbesar menjadi guru yang merdeka.