REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Agus Raharjo
dari Rio de Janeiro, Brasil
Cabang olahraga bulu tangkis Indonesia memang mampu menyumbang medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro. Namun, hasil yang terjadi di lapangan sebagian besar di luar perkiraan tim PBSI.
Kepala bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky mengakui banyak ekspektasi tidak tercapai di cabang olahraga bulu tangkis. Salah satu hal yang membuat itu terjadi, kata dia, adalah pemain tidak bermain lepas di lapangan.
Beberapa atlet memang baru pertama mencicipi tekanan dalam pertandingan Olimpiade, namun, sebagian lainnya sudah pernah merasakan beratnya tekanan di multievent terbesar di dunia ini. “Mereka kurang tampil lepas,” tutur Rexy di Rio de Janeiro, akhir pekan ini.
Menurut dia, yang sangat disayangkan adalah penampilan dari pasangan ganda putra Hendra Setiawan/ Mohammad Ahsan. Mereka diprediksi mampu menyumbangkan satu medali di cabang olahraga ini, tapi yang terjadi justru lain.
Keduanya harus takluk sejak penyisihan grup. Penampilan yang sama juga diperlihatkan Lindaweni Fanetri serta Tommy Sugiarto. Mereka tak mampu bermain lepas dari tekanan dan menikmati pertandingan. Seluruhnya, kata Rexy, karena tekanan yang ada di mereka sendiri.
Ke depan, PBSI harus lebih memersiapkan atlet-atletnya. Terlebih, di nomor tunggal putri, Indonesia memang sudah lama vakum dalam menyumbang atlet. Hal ini harus juga menjadi perhatian. Saat ini banyak nama yang sudah mulai muncul.
Hanya saja, waktu dan pengalaman mereka belum banyak untuk berlaga di pertandingan sebesar Olimpiade. “Kita akan berikan kesempatan bermain pada bibit-bibit potensial di event-event yang besar,” ujar dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlakprima), Taufik Hidayat, mengakui sulit mencari atlet bulu tangkis tunggal putri nasional. Menurutnya, regenerasi atlet bulu tangkis harus diciptakan.
Terlebih, sampai saat ini Indonesia masih belum memiliki pebulu tangkis tunggal putri yang levelnya dapat diharapkan lebih di kancah internasional. Taufik mengakui, mencari sosok tunggal putri untuk Indonesia saat ini sangat sulit. “Meskipun ada atletnya tapi kalau harus jujur sangat susah,” tutur dia saat mengevaluasi cabang bulu tangkis di Olimpiade Rio de Janeiro, Sabtu (20/8) waktu setempat.
Legenda hidup bulu tangkis Indonesia itu juga mengatakan saat ini memang ada pebulu tangkis tunggal putri yang menjadi bibit-bibit potensial. Namun, melihat perkembangan kemampuan mereka, harus dikatakan masih belum cukup untuk mampu menjadi juara di kejuaraan internasional seperti Olimpiade. Selain tunggal putri, regenerasi juga perlu disiapkan untuk tunggal putra Indonesia.
Taufik mengatakan, saat ini Indonesia memiliki kekuatan di ganda campuran, ganda putra, dan ganda putri. Hal itu juga tetap harus dipikirkan regenerasi mereka. Jangan sampai tradisi medali emas yang diraih Indonesia melalui cabang olahraga bulu tangkis kembali terputus. “Tinggal mereka (PBSI) di dalam mengurusnya seperti apa, baik pada pelatih, atlet maupun manajer,” ujar dia.