Oleh: Kodirun
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, “Iman memiliki enam puluh lebih cabang. Malu adalah satu cabang dari Iman.” (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud). Malu atau rasa malu dapat diartikan dengan kusut atau ciutnya jiwa seseorang sehingga tidak mampu dan tidak kuat untuk melakukan hal-hal yang bersifat buruk atau tercela.
Orang yang malu tidak kuasa melihat dirinya hina di hadapan Allah atau orang lain, bahkan di hadapan dirinya sendiri. Orang yang memiliki rasa malu sesungguhnya sangat mulia di hadapan Allah, orang lain, dan dirinya sendiri. Karena kedudukannya yang sangat mulia tersebut, sebaiknya setiap Mukmin tetap memelihara rasa malu yang dimiliknya.
Karena, jika rasa malu hilang dari seseorang maka akan mengakibatkan seseorang binasa. Ia akan mengalami malapetaka sangat besar.
Rasulullah berabda, “Sesungguhnya Allah tatkala hendak membinasakan seorang hamba maka Allah mencabut rasa malu darinya. Ketika Allah telah mencabut rasa malu darinya, orang itu tidak akan mendapati dirinya, kecuali ia dibenci dan membenci orang lain.
Ketika tidak mendapati dirinya, kecuali dibenci dan membenci orang lain maka akan dicabut amanah darinya. Ketika amanah telah dicabut darinya maka ia tidak mendapati dirinya, kecuali berkhianat dan dikhianati orang lain. Ketika tidak mendapati dirinya, kecuali ia berkhianat dan dikhianati maka akan dicabut darinya rahmat. Ketika telah dicabut rahmat darinya maka tidak mendapati dirinya, kecuali ia dikutuk dan dilaknat. Ketika tidak mendapati dirinya, kecuali ia dikutuk dan dilaknat maka akan dicabut darinya tali agama Islam.” (HR Ibnu Majah)
Dari hadis tersebut dapat diketahui, sumber malapetaka yang menimpa setiap orang adalah hilangnya rasa malu. Orang yang tidak mempunyai rasa malu biasanya mudah sekali melakukan hal-hal bersifat negatif menurut kacamata agama. Munculnya korupsi, perselingkuhan, perzinaan, pencurian, pelecehan seksual, dan perbuatan jahat lainnya yang terjadi di republik ini diakibatkan hilangnya rasa malu.
Perlu kita ketahui, derajat malu yang paling tinggi adalah malu kepada Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah dapat dipastikan dalam dirinya masih memilki rasa malu, terutama kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Malu dan iman adalah satu pasang, jika salah satunya hilang maka yang lain juga hilang.” (HR Al-Hakim).
Nah,sekarang bagaimana dengan kita masing-masing, masihkah ada rasa malu dalam diri kita? Wallahu a’lam.