Rabu 31 Aug 2016 14:33 WIB

Ciptakan Pewarna Makanan Alami, Dosen UMM Miliki Sembilan Hak Paten

Rep: Christiyaningsih/ Red: Winda Destiana Putri
Universitas Muhammadiyah Malang.
Foto: Republika/Nico Kurniajati
Universitas Muhammadiyah Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Keprihatinan akan pewarna tekstil pada makanan mendorong dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Elfi Anis Saati, menciptakan pewarna alami makanan dari bunga. Ikhtiarnya berbuah sukses. Hingga saat ini, Elfi telah mengantongi sembilan hak paten dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti).

Karena berbagai hasil temuannya dipandang sebagai produk yang sehat, aman dan halal, Elfi diganjar penghargaan sebagai salah satu dari lima poster produk halal terbaik di dunia pada gelaran World Halal Research 2011 oleh Halal Industry Development Corporation (HDC) Global di Kuala Lumpur, Malaysia.

Mulanya, dosen Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM ini amat resah dengan pewarna makanan buatan yang banyak beredar di masyarakat. Diakuinya, pewarna tekstil memang membuat warna makanan terlihat lebih mencolok dan tampak menarik, sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsinya karena tampilan visual yang menggoda.

Padahal, kata Elfi, warna yang mencolok itu justru patut dicurigai menggunakan pewarna tekstil yang dapat merusak tubuh. "Karena saya orang gizi, maka perhatian saya lebih ke arah keamanan pangan," tutur auditor halal Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia, Jawa Timur ini.

Keresahan itu lantas mengantarkannya pada penemuan fungsi ekstrak pigmen bunga mawar merah sebagai zat pewarna dan antioksidan alami. Awalnya, Elfi mengamati bunga cacar air yang warnanya dapat larut dalam air. Ia lantas berpikir jika antosianin atau pigmen bunga yang dapat larut dalam air ini dapat diolah menjadi bahan pewarna makanan sehingga membuat makan lebih sehat.

Elfi pun kemudian meramu antosianin dengan beberapa asam, seperti asam sitrat dan asam asetat. Sehingga, warna yang dilahirkan aman dikonsumsi manusia dan aman bagi lingkungan. Elfi sampai rela mengunjungi berbagai kampus terkemuka di Indonesia hingga Australia untuk mengidentifikasi struktur molekul mawar merah.

Selain mawar merah, ia juga mengambil zat pewarna dari anggur, kulit buah naga, ubi, bunga kana, bayam merah, turi merah, dan berbagai sumber lainnya yang dijamin keamanannya. Selain itu, pewarna alami milik Elfi juga memiliki warna yang cantik, sehingga tetap dapat terlihat menarik di mata konsumen.

Manfaat antosianin pada bunga sangat banyak karena sifatnya yang larut dalam air. "Selain dapat menjadi bahan warna alami makanan, ia juga bersifat anti-oksidan, anti-herbal, anti-akrobia, menghambat mikroba, bahkan dapat menambah awet muda dan mencegah penyakit kulit," papar Elfi.

Elfi mengungkapkan ia telah memproduksi antoksianin mawar dalam bentuk tablet effervescent. Tablet ini merupakan salah satu penemuannya yang telah diujicobakan pada tikus oleh anaknya yang berprofesi sebagai dokter. Hasilnya, pewarna tersebut berfungsi sebagai pelindung hati dan ginjal tikus.

Ia mengaku bahwa penemuannya sempat diminati salah satu produsen kosmetik nasional untuk digunakan sebagai pewarna hand and body lotion. Hasil risetnya itu juga mengundang tawaran dari berbagai negara, seperti Malaysia dan Korea yang tertarik membelinya. Namun, Elfi menolak tawaran-tawaran itu lantaran baginya, bunga-bunga yang ditelitinya merupakan bagian dari kekayaan alam bangsa ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement