Rabu 31 Aug 2016 17:47 WIB

'Kehadiran Menag Bisa Dimanfaatkan Sebagai Pengakuan LGBT'

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bilal Ramadhan
 Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, ‎JAKARTA -- Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia menilai kehadiran dan isi orasi kebudayaan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin telah dimanfaatkan sebagai bentuk dukungan terhadap perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Pasalnya Lukman telah mendatangi acara yang di dalamnya memberikan penghargaan terhadap Forum Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Intersex, dan Queer (LGBTIQ).

Menag memang telah menjelaskan bahwa dia tidak mengetahui bahwa dalam acara ulang tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke-22 yang didatanginya ada pemberian penghargaan tersebut.

"Alasan Menag bisa diabaikan karena faktanya kehadiran dan isi pidato Menag sudah dimanfaatkan sedemikian rupa sebagai pengakuan bahkan pembenaran terhadap LGBT dan gerakan-gerakannya," ujar Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak LPA Indonesia Reza Indragiri Amriel kepada Republika.co.id, Rabu (31/8).

Padahal, kata Reza, beberapa waktu lalu Kementerian Agama menyampaikan sikapnya terkait LGBT saat rapat dengan Komisi VIII DPR RI. Saat itu, Lukman menyampaikan bahwa LGBT adalah masalah sosial yang mengancam kehidupan beragama, ketahanan keluarga, kepribadian bangsa, serta ancaman potensial terhadap sistem hukum perkawinan di Indonesia.

LGBT juga merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa Indonesia yang religius dan mengancam generasi penerus. Berangkat dari situ, Reza melihat wajar apabila kehadiran Menag pada acaranya yang diselenggarakan di Hotel Sari Pan Pasific pada Jumat (26/8) lalu memunculkan konsistensi akan sikapnya terhadap LGBT.

Menurut Reza, saat pemberian penghargaan terhadap kelompok LGBT, Menag bisa mengambil beberapa langkah. Pertama, segera keluar dari acara dengan mengutarakan alasan bahwa pemerintah (Kemenag) anti-LGBT.

Kedua, Menag juga dapat menyisipkan ke dalam orasinya sebuah alinea yang memuat sikap-sikap resmi pemerintah terhadap LGBT. "Ketika kehadiran Menteri Agama dari negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia sudah dimanfaatkan sebagai endorsement bagi dan oleh LGBT, itu tragedi," kata Reza.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement