REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Ledakan bom kembar kembali mengguncang ibu kota Afghanistan, Kabul, dan telah menewaskan sedikitnya 24 jiwa, pada Senin (5/9).
''Ledakan tersebut telah menewaskan setidaknya 24 jiwa dan melukai 91 orang di dekat kementerian pertahanan,'' kata para pejabat seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (6/9). Media lokal melaporkan, bom pertama diledakkan dari jarak jauh sedangkan yang kedua dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri.
Wakil juru bicara kementerian pertahanan Afghanitstan, Mohammad Radmanish mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa penyerang bunuh diri menyerang saat pasukan keamanan berkumpul di dekat kementerian untuk menangani ledakan pertama. Juru bicara kementerian pertahanan Afghanistan mengatakan kepada BBC bahwa seorang jenderal militer dan dua polisi senior menjadi korban tewas. Kelompok militan Taliban, yang sering melakukan serangan di Kabul, mengklaim ledakan trsebut.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk serangan dan mengatakan insiden itu telah dilakukan oleh musuh-musuh Afghanistan yang telah kehilangan kemampuan mereka untuk melawan pasukan keamanan dan pertahanan. ''Tujuan teroris adalah untuk menyebarkan ketakutan," ujarnya.
Serangan itu terjadi 11 hari setelah 13 orang, termasuk tujuh siswa, tewas dalam serangan oleh kelompok bersenjata di Universitas Amerika Serikat di Kabul. Pada bulan Agustus dua profesor asing, satu dari Amerika Serikat dan satu dari Australia, diculik oleh orang bersenjata di dekat universitas.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab dan keberadaan mereka masih belum diketahui. Beberapa orang asing lainnya telah diculik dalam beberapa kali.
Meningkatnya kekerasan di ibu kota Afghanistan terjadi saat Taliban juga berusaha untuk meningkatkan aksinya dan kehadirannya sehingga membuat situasi keamanan menjadi lebih buruk sejak pasukan pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengakhiri misi tempur mereka di Afghanistan pada akhir 2014.