REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua kepala daerah kader ideologis yang sudah mendapat penghargaan dalam negeri dan luar negeri yaitu Walikota Surabaya Risma Triharini dan Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo dipilih untuk memberikan kuliah umum setelah pembukaan Sekolah Partai bagi para calon kepala daerah PDI Perjuangan.
"Mereka berdua sudah membuktikan bahwa memerintah dengan menggunakan ideologi Pancasila mampu menyejahterakan rakyat dan bahkan mendapat penghargaan internasional," ujar Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat pidato pembukaan Sekolah Partai Angkatan ke-2 bagi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah PDI Perjuangan di Depok, dalam keterangan persnya, Selasa, (6/9).
Berbeda dengan angkatan sebelumnya, pembukaan sekolah partai untuk calon kepala dan wakil kepala daerah dihadiri oleh beberapa pimpinan redaksi dan pengamat politik. Selain itu, ada juga Gubernur Banten Rano Karno dan Wagub DKI Djarot Saefulah Hidayat sebagai peserta sekolah partai.
Dalam presentasinya, Risma menegaskan bahwa semua sumber kreativitasnya berasal dan berorientasi pada nilai-nilai di sila dari Pancasila, yang intinya Gotong Royong.
"Dengan merampingkan birokrasi, saya punya dana cukup untuk menyejahterakan dan memanusiakan orang-orang miskin, nelayan, manula, anak jalanan, anak-anak terbelakang. Selain itu, pendidikan dan kesehatan di Surabaya juga gratis. Merekalah yang kemudian berkampanye untuk saya sehingga bisa menang 80% lebih," ujar Risma.
Hasto Wardoyo dalam saat menjadi pemberi materi juga menegaskan hal yang sama, bahwa ideologi Pancasila menjadi landasan dan inspirasi dalam menyejahterakan rakyat Kulonprogo.
Strategi kedua Trisakti yaitu, berdikari di bidang ekonomi menjadi prioritasnya.
"Motto kita, Bela Indonesia - Beli produk-produk Indonesia," ujarnya sambil menunjukkan air kemasan bermerek AIR - KU yang merupakan singkatan Air Kulonprogo. Pada kesempatan itu 'air KU' yang produk Pemda Kulonprogo tersaji di hadapan seluruh tamu.
Megawati menegaskan bahwa visi misi para kepala daerah hanya satu yaitu Pancasila dan UU 1945, yang strateginya juga tunggal yaitu Trisakti.
"Jika ada yang tidak setuju, sekarang boleh mundur karena saya akan menolak untuk mengusung," kata Megawati dalam pidatonya.