Jumat 16 Sep 2016 23:10 WIB

Warga Semarang Diminta Waspada DBD di Musim Kemarau Basah

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ilham
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.
Foto: dinsos.jakarta.go.id
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang meminta warganya untuk tetap  mewaspadai wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di musim kemarau basah seperti sekarang. Kewaspadaan ini bisa dilakukan dengan mengantisipasi potensi genangan air di lingkungan masing-masing.

Sehingga genangan air ini tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti. “Pastikan, jika ada kaleng atau botol-botol bekas, tidak berserakan dan memungkinkan terisi oleh air hujan atau ditelungkupkan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, dr Gunadi di Ungaran, Jumat (16/9).

Menurutnya, saat ini memang tengah berlangsung musim kemarau. Namun, kemarau kali ini merupakan kemarau basah. Meski cuaca panas, hujan masih turun dalam intensitas sedang hingga tinggi.

Karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak terlena untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan masing-masing. Karena sejumlah penyakit yang potensial mewabah dalam kondisi lingkungan yang kurang bersih dan basah tetap mengancam.

Salah satunya kasus penyakit DBD, yang sejak memasuki musim kemarau basah ini, kembali terjadi di temukan di sejumlah kecamatan. Hingga Agustus 2016, Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang mencatat sudah ada 675 kasus DBD di wilayahnya.

“Dari jumlah kasus DBD tahun 2016 ini, enam kasus DBD di antaranya mengakibatkan penderitanya meninggal dunia,” kata Gunadi.

Upaya pencegahan penyakit ini, tambahnya, tak sekedar dilakukan melalui imbauan maupun sosialisasi kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan masing-masing.

Terkait dengan upaya pemberantasan sarang nyamuk ini, pihaknya juga tidak mengefektifkan gerakan fogging. Karena pemberantasan sarang nyamuk melalui upaya fogging ternyata memiliki resiko resistensi nyamuk terhadap fogging.

Sehingga upaya fogging menjadi tidak efektif untuk memberantas. “kami akan lebih selektif untuk melayani permintaan fogging. “Namun lebih mengedepankan upaya pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan,” katanya.

Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan kabupaten Semarang, dr. Ngakan Putu menambahkan, pihaknya juga telah memerintahkan tiap desa dan kelurahan di wilayahnya untuk mengoptimalkan fungsi juru pemantau jentik (jumantik).

Secara berkala para relawan ini akan melakukan pemeriksaan ke rumah warga untuk memantau jentik nyamuk. “Di tingkat layanan kesehatan, kami juga menginstruksikan seluruh RSUD maupun Puskesmas untuk meningkatkan perhatian dalam penanganan pasien penderita DBD,” lanjutnya.      

Ngakan menambahkan, dari sisi kuantitas jumlah kasus DBD di kabupaten Semarang ini sebenarnya mengalami penuurunan, termasuk jumlah korban jiwa. Namun, kondisi cuaca yang tak menentu tidak bisa dipandang sebelah mata.

“Karena itu antisipasi melalui langkah-langkah pencegahan secara masif dipandang lebih efektif untuk menekan kasus DBD di wilayah Kabupaten Semarang ini,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement