Rabu 21 Sep 2016 16:54 WIB

Ahok tak Ingin Pertarungan di Pilkada Mengedepankan Isu SARA

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bayu Hermawan
Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengenakan jaket pertai secara simbolis didampingi wakil gubernur Djarot Saifut Hidayat saat mendaftar sebagai Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 di Gedung KPUD DKI Jak
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengenakan jaket pertai secara simbolis didampingi wakil gubernur Djarot Saifut Hidayat saat mendaftar sebagai Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 di Gedung KPUD DKI Jak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berharap persaingan di Pilkada 2017 mengedepankan semangat Pancasila. Ahok tak ingin persaingan merebut kursi DKI 1, yang dikedepankan adalah isu agama dan ras.

"Kita sangat berharap dalam pemilihan ini yang dipertandingkan adalah program, yang dikritik adalah program kami, yang dilombakan program, bukan membicarakan suku, agama, ras kami," katanya di Kantor KPUD DKI Jakarta, Jalan Salemba Raya, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (21/9).

Ahok berpendapat semangat Pancasila yang dikemukakan Bung Karno, tidak bertentangan dengan agama mana pun yang ada di Indonesia. Sebab, saat melahirkan Pancasila, Bung Karno menurutnya memikirkan berbagai hal, termasuk cara mengasihi tuhan dan sesama manusia.

"Saya yakin Bung Karno waktu melahirkan Pancasila, dengan sangat baik memahami arti dari hablu minallah dan hablu minannas," ujarnya.

Artinya, jika seseorang hanya mengenal tuhan dengan baik, tapi tidak mewujudkan keadilan sosial, berarti dia baru memenuhi satu unsur, mengasihi tuhan saja. Sementara unsur lain yang tak kalah penting, yakni mengasihi manusia diabaikannya.

"Jadi kalau mengenal tuhan Yang Maha Esa dengan baik tapi tidak mewujudkan keadilan sosial," katanya.

Begitu pun jika seseorang membenci orang lain karena sangat beragama. Menurutnya, orang tersebut telah salah mengikuti tuhan. "Jadi kalau ada orang yang membenci orang lain karena dia sangat beragama, berarti dia salah mengikut tuhan sebetulnya di dalam bumi Indonesia ini," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement