REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang mengungkapkan pengungsi korban tanah longsor yang terjadi Selasa (20/9) di GOR Tajimalela mulai terserang penyakit. Namun, rata-rata keluhan yang dirasakan pengungsi masih tergolong ringan.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Anna Sabana mengungkapkan sejak hari pertama jumlah pengungsi yang berobat mencapai 120 orang dengan keluhan ringan seperti nyeri otot dan pegal. Namun kini sudah ada pengungsi yang terkena infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
"Kemarin hari pertama, yang berobat ke posko kesehatan ada 120 orang kebanyakan pegal-pegal. Sekarang sudah mulai ada peningkatan yang berobat dengan kasus berbeda sudah mulai ISPA. Relatif ringan, tidak ada yang dirujuk," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (22/9).
Baca: Kapolri Berencana Sambangi Lokasi Banjir Bandang Garut
Ia mengungkapkan beberapa balita juga ada yang mengalami ISPA. Selain itu, ibu hamil yang berada di pengungsian dialihkan ke rumah tunggu kelahiran karena faktor risiko tinggi. Mereka dialihkan ke Kelurahan Regol Wetan dan Kelurahan Situ.
Menurut Anna, pihaknya terus bekerja 24 jam bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pakuwon dan beberapa Puskesmas di wilayah kota Sumedang dan pihak yang berkaitan.
Kepala Bidang pelayanan Kesehatan Dinkes Sumedang Reni Kurniawati mengatakan jumlah pengungsi yang berobat ke posko kesehatan hingga kemarin malam mencapai 101 pasien dengan keluhan paling banyak sakit otot, batuk, pilek, hipertensi dan ISPA untuk balita.
"Sebanyak enam orang yang dirujuk bukan karena penyakit berat dan didapatkan saat kejadian. Ada lansia yang rentan kemudian ada tiga yang stroke. Itu pun sudah didapat sebelum kejadian. Yang dua kaki retak sudah dari dulu," katanya.
Ia menambahkan, saat ini pengungsi masih kekurangan sarana kebersihan seperti MCK. Diperkirakan masih dibutuhkan 20 MCK portabel serta alat kebersihan lainnya.