Kamis 22 Sep 2016 19:44 WIB

Pernyataan Kader PDIP yang Mengecam dan Khawatir dengan Ahok

Demo menolak Ahok
Foto: Dadang Kurnia
Demo menolak Ahok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDIP telah resmi mengusung Gubernur pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur DKI.  Pencalonan Ahok memicu keguncangan di internal PDIP. Boy Sadikin yang juga putra mantan gubernur Ali Sadikin memilih mundur sebagai kader partai moncong putih itu.

Pencalonan maupun sikap Ahok sempat mendapat kecaman dari kader PDIP. Berikut sejumlah pernyataan kader PDIP yang mengecam maupun mengkritik Ahok;

 

13 Juli 2016, Ahok Dinilai Arogan

JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinilai arogan dan gegabah dalam melakukan penggusuran warga Jakarta.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan mengatakan, apa yang dilakukan Ahok dengan menggusur warga di beberapa wilayah di Jakarta sebenarnya tidak mendesak.  Justru manfaat langsung dari beberapa penggusuran seperti di Kalijodo, dan Luar Batang belum terlihat sama sekali.

"Jangan terlalu gegabah dan arogan untuk menggusur," tutur Arteria Dahlan di kompleks parlemen Senayan, Rabu (13/7).

‎Menurut Anggota Komisi II ini, yang harusnya fokus dikaji ulang adalah tata ruang DKI Jakarta sebagai sumber kepastian hukum dan rasa keadilan. Terlebih, kalau bicara soal gugat-menggugat.

Menurut Arteria, akan sangat lucu kalau Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggugat rakyatnya. Sebab, rakyat adalah pemegang kedaulatan, sedangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pelaksana daulat rakyat. "Jangan kebalik-balik, mau ancam gugat warga, ‎warga yang keliru atau khilaf dan salah harus disadarkan, dibina, itu gunanya pemerintahan," kata Arteria.

Arteria mengaku bingung dengan pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Ahok di Jakarta. ‎Menurutnya, Ahok memimpin rakyat polaya seperti mengelola sebuah perusahaan.

30 Juli, 'Jangan-Jangan Partai Ingin Dikoleksi'

JAKARTA -- Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuanngan (PDIP) Masinton Pasaribu mengungkapkan alasan kekhawatirannya jika memilih untuk mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Jangan-jangan partai (yang memberi dukungan ke Ahok) ingin dikoleksi juga dan tidak digunakan," kata Masinton pada acara diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (30/7).

Kekhawatiran itu timbul setelah Ahok tak juga mengumumkan partai mana yang akan dikendarainya untuk maju di Pilgub DKI 2017. Padahal, kata anggota Komisi III DPR tersebut, Ahok sudah mempunyai dua jalan yakni melalui jalur perseorangan dan jalur partai politik.

1 Agustus, Kader PDIP Surbaya Kecam Ahok

DPC Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mengecam pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di media daring (dalam jaringan) atau online yang dinilai mengadu domba dua kader PDIP yakni Presiden RI Joko Widodo dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

"Bu Risma tidak pernah mengeluarkan pernyataan di media online bahwa Surabaya lebih besar dari pada Solo. Wali Kota Solo bisa jadi presiden, masak Wali Kota Surabaya tidak bisa," kata Wakil Ketua DPC PDIP Surabaya Didik Prasetiyono dalam siaran rilisnya di Surabaya, Senin (1/8).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement