Jumat 30 Sep 2016 04:25 WIB

Karya Lokal Jadi Masa Depan Film Indonesia

Kamera video. Ilustrasi
Foto: graysonlocal.org
Kamera video. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan produser film menyatakan, karya lokal yakni film-film mengangkat tema-tema kedaerahan serta diproduksi sineas-sineas daerah di tanah air menjadi masa depan industri film di tanah air.

Avesina Soebli dari rumah produksi Falcon dalam diskusi perfilman di Jakarta, Kamis (29/9) menyatakan, tema-tema film yang bercerita seputar kota metropolitan Jakarta, sudah banyak diangkat ke layar lebar akibatnya penonton mengalami kejenuhan.

Indonesia, tambahnya, memiliki keragaman budaya lokal serta kekayaan cerita yang berkembang di daerah yang layak diangkat sebagai tema film layar lebar.

"Ke depan film-film lokal ini yang akan menjadi masa depan film Indonesia, " ujarnya dalam diskusi yang digelar Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Demi Film Indonesia (DFI).

Salah satu film layar lebar yang diproduksi sineas daerah dan mengangkat kehidupan lokal yakni "Uang Panai" yang ditayangkan di bioskop sejak 25 Agustus 2016 atau dalam waktu satu bulan mampu menarik penonton hingga 500 ribu orang.

Film "Uang Panai" yang artinya uang mahar tersebut menceritakan adat sosial di Makassar yang menetapkan tingginya mas kawin atau uang mahar itu diproduksi oleh sineas kota Anging Mamiri itu.

Amril Nuryan, produser Uang Panai menyatakan, pada awalnya hanya menargetkan perolehan penonton sebanyak 200 ribu orang namun tidak menyangka jika debut produksinya tersebut disaksikan hingga 500 ribu penonton. "Saat ini di sejumlah bioskup terutama di Indonesia Timur seperti Makassar, Bau-Bau, Kalimantan, masih menayangkan film ini," katanya.

Dia mengungkapkan pada awal pemutarannya, film yang bergenre komedi serta menggunakan bahasa daerah itu hanya mendapatkan jatah pemutaran di 17 layar di seluruh Indonesia sementara di Makassar hanya lima layar.

Namun setelah sukses meraih penonton, lanjutnya, Uang Panai mendapatkan jatah pemutaran sebanyak 57 layar di seluruh Indonesia sedangakan di Makassar saat ini 7 layar. "Ke depan kami mengharapkan film-film di daerah akan tumbuh sehingga memperkaya film nasional," katanya.

Pada kesempatan itu, Amril juga mengimbau agar tidak ada lagi dikotomi film lokal dengan film nasional, karena film-film yang diproduksi sineas daerah sejatinya juga merupakan film Indonesia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement