REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior dari Media Survei Nasional (Median), Rico Marbun mengatakan, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2016 berkemungkinan besar bakal berjalan dua putaran. Hasil survei yang dilakukan lembaganya menunjukkan, tidak ada satu pun pasangan kandidat yang mampu mendulang suara lebih dari 50 persen pada Pilgub DKI nanti.
Menurut hasil survei terkini Median, elektabilitas pasangan Basuki T Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat (Ahok-Djarot) saat ini hanya 34,2 persen dan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (Anies-Sandi) sebesar 25,4 persen. "Sementara, elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni berkisar pada angka 21 persen," kata Rico kepada wartawan di Jakarta, Rabu (5/10).
Dia menuturkan, angka tersebut sekaligus menunjukkan bahwa Pilgub DKI 2017 tidak bisa selesai hanya dalam satu putaran. Pasalnya, sesuai aturan yang tercantum dalam UU Pilkada, syarat untuk menuntaskan Pilgub DKI dalam satu putaran mengharuskan adanya kandidat yang berhasil meraup suara sebesar 50 persen plus satu.
"Dari ketiga pasangan calon yang ada, tak ada satu pun yang memenuhi syarat tersebut, sehingga besar kemungkinan akan ada putaran kedua di Pilgub nanti," ujarnya.
Jika Pilgub DKI 2017 berlangsung dua putaran, kata Rico, pasangan Ahok-Djarot diprediksi bakal menjadi salah satu kandidat yang ikut bertarung di babak lanjutan tersebut. Alasannya, fenomena calon pejawat melenggang sampai putaran kedua pernah terjadi pada Pilgub DKI 2012, yaitu ketika pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramil (Foke-Nara) bersaing dengan pasangan Joko Widodo dan Basuki T Purnama (Jokowi-Ahok).
Kendati demikian, Rico menilai Ahok-Djarot akan kesulitan untuk menang di putaran kedua Pilgub DKI. Dia memastikan, suara para pendukung penantang Ahok di putaran pertama bakal bersatu untuk memenangkan kandidat lawan di putaran kedua. Jumlah suara pemilih Anies-Sandi (25,4 persen) bila ditambah suara pemilih Agus-Sylviana (21 persen) totalnya menjadi 46,4 persen.
Itu belum termasuk suara undecided voters (pemilih yang belum menentukan pilihannya) yang jumlahnya mencapai 19,4 persen. "Jadi, peluang Ahok kalah itu cukup lebar, karena banyak suara yang akan lari ke kandidat calon pesaingnya di putaran kedua. Apalagi opini 'asal bukan Ahok' saat ini semakin berkembang di kalangan warga Jakarta," katanya.