REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sejak terjadi teror, Turki mengalami kerugian besar di bidang pariwisata. Seperti dilansir the Guardian, Rabu (5/10), Association of Turkish Travel Agencies (Tursab) memperkirakan Turki merugi hingga 2,5 juta poundsterling hingga akhir tahun.
Turki telah diguncang serangkaian aksi teror, mulai dari bom di Istanbul, Ankara dan kota-lainnya. Pada Juli, ISIS menewaskan 45 orang dalam serangan di bandara utama Ataturk. Menurut industri pariwisata, teror tersebut paling berdampak besar.
Di Istanbul, jumlah pengunjung asing turun hingga seperempatnya. Situasi memburuk setelah kudeta gagal yang terjadi 15 Juli. Pemerintah mengatakan sedikitnya 240 orang tewas karena insiden tersebut.
Menurut seorang pengelola hotel di distrik bersejarah Sultanahmet, Istanbul, Akif, bisnisnya terpuruk sejak tahun lalu. "Sekarang harga sewa kamar jadi 25 euro, biasanya 80 euro, itu tidak menutupi biaya bahkan jika semuanya terpesan," katanya.
Sebelum serangan bom, sektor pariwisata Turki yang menyumbang 4,5 persen GDP itu juga sudah menderita karena boikot dari Rusia. Antalya yang merupakan wilayah pariwisata populer dengan 60 persen bisnis bergantung dari sektor ini menderita penurunan keuntungan hingga lebih dari 50 persen.
Pengunjung asal Rusia menurun hingga 95 persen. Hubungan dengan Moskow pun hingga saat ini masih belum pulih. Menurut pelaku bisnis, kemunduran ini sangat berdampak tak hanya pada bisnis besar tapi juga bisnis kecil.
Pemerintah baru-baru ini mengumumkan akan mengambil langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini. "Langkah konkret akan didiskusikan dalam dialog dengan industri dan diumumkan dalam beberapa hari," kata Menteri pariwisata Nabi Avci.
Baca juga, Menyisir Keterlibatan CIA dan Jenderal AS dalam Upaya Kudeta Turki.
Salah satu yang jadi pertimbangan adalah subsidi penerbangan. Mungkin Turki akan mensubsidi biaya penerbangan ke lima tempat populer wisata di Turki, seperti Antalya, Izmir atau Dalaman.