Rabu 12 Oct 2016 14:02 WIB

Pesawat Rusia Lanjutkan Pengeboman di Aleppo Timur

Pesawat pengebom jarak jauh Rusia melakukan serangan udara di Aleppo, Suriah, Selasa, 16 Agustus 2016. Kementerian pertahanan Rusia mengatakan menggunakan pangkalan di barat Iran untuk melakukan serangan udara di Suriah.
Foto: Russian Defence Ministry Press Service photo via AP
Pesawat pengebom jarak jauh Rusia melakukan serangan udara di Aleppo, Suriah, Selasa, 16 Agustus 2016. Kementerian pertahanan Rusia mengatakan menggunakan pangkalan di barat Iran untuk melakukan serangan udara di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pesawat tempur Rusia kembali melancarkan pengeboman terhadap Aleppo timur yang diduduki pemberontak pada Selasa (11/10) setelah saat yang tenang selama beberapa hari, seorang pejabat pemberontak dan kelompok Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah di Inggris mengatakan.

Zakaria Malhifji dari kelompok pemberontak Fastaqim di Aleppo kepada wartawan Reuters mengatakan serangan udara sebagian besar mengenai wilayah Bustan Al Qasr. "Terdapat pengeboman baru dan itu gencar," ujarnya.

Pihak pengawas mengatakan jumlah korban tewas dari pengeboman Bustan Al Qasr, Fardous dan sejumlah wilayah lainnya meningkat menjadis etidaknya 25 orang, dengan sejumlah orang lainnya terluka. Setidaknya 50 orang warga tewas dikarenakan sejumlah serangan terhadap bagian-bagian kota dan desa yang diduduki oleh para pemberontak, penduduk dan pekerja penyelamat mengatakan.

Di Bustan Al Qasr, para penduduk mengatakan, serangan itu mengenai sebuah pusat medis dan sebuah taman bermain anak-anak. Tentara Suriah, yang didukung oleh milisi yang dibantu oleh Iran, juga mengatakan bahwa mereka telah memperkuat kendali mereka atas Al Jandoul di sebuah persimpangan besar yang ada di bagian utara Aleppo.

Moskow dan Damaskus mengurangi serangan udara mereka di kota bagian utara pada minggu lalu. Pihak militer Suriah mengatakan bahwa itu dilaksanakan sebagian untuk memperbolehkan warga meninggalkan wilayah-wilayah yang diduduki oleh pihak oposisi.

Pemerintah Suriah mengatakan bahwa para pemberontak yang bersembunyi di Aleppo dapat meninggalkan lokasi dengan keluarga mereka jika mereka tidak mengangkat senjata. Para pemberontak menuduh tawaran itu sebagai sebuah pembohongan.

Presiden Bashar Al Assad berusaha untuk menduduki Aleppo sepenuhnya, yang merupakan kota terbesar Suriah sebelum perang meletus sejak lebih dari lima tahun lalu, yang telah membagi kota itu antara wilayah yang diduduki oleh pemerintah dan pemberontak selama bertahun-tahun.

Sekutu Rusia milik Assad sementara itu telah memperkuat pasukannya di Suriah setelah gencatan senjata sementara runtuh pada bulan lalu. Sejak Rusia turut campur tangan dalam konflik itu satu tahun yang lalu, pihak pemerintah telah memperoleh kemenangan di sejumlah lokasi, termasuk di Aleppo, dimana wilayah yang diduduki oleh para pemberontak terkepung selama berminggu-minggu.

Para pemberontak telah bergerak di tempat lain, termasuk di provinsi Hama yang ada di bagian selatan, dimana mereka menduduki sejumlah kota dan desa pada bulan lalu. Namun dalam beberapa hari terakhir pasukan pemerintah telah berhasil merebut kembali sejumlah wilayah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement