REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Jakarta, Bogor Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) akan diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat pada malam hari. BMKG juga memperkirakan, dalam tiga hari ke depan, Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi berpotensi diguyur hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang.
Menanggapi fenomena tersebut, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan saat ini iklim dunia cenderung menuju La nina. Yaitu mendinginnya suhu muka laut pasifik ekuator yang mengakibatkan terjadinya pergerakan massa udara menuju wilayah Indonesia sehingga di Indonesia akan makin banyak terjadi hujan hingga Maret 2017.
"Buktinya bulan September lalu yang biasanya masih musim kemarau tapi tahun ini sudah banyak hujan, maka ya Oktober ini cenderung meningkat lagi curah hujan. Dan bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi pada bulan November hingga Maret nanti," ujar Seto di kantor BPPT, Jakarta (12/10).
Melihat potensi hujan yang tinggi itu, Seto mengingatkan bahwa tingginya intensitas curah hujan kerap mengakibatkan genangan air, bahkan bencana banjir. Tentu masih segar di ingatan akan kejadian banjir di Kemang, Jakarta Selatan yang menyebabkan kerugian puluhan miliar rupiah. Disusul oleh bencana banjir di Garut yang menyebabkan puluhan jiwa meninggal dunia dan ratusan rumah terendam banjir.
Dia menyebut rangkaian bencana banjir itu telah menjadi bukti bahwa kita membutuhkan sistem peringatan dini akan bencana banjir. "Kita jelas memerlukan penanganan yang lebih mumpuni. Utamanya, kita sangat membutuhkan sistem peringatan dini bencana banjir," kata Seto.
BPPT sudah mengembangkan model prediksi hujan dengan cukup baik. Ini bisa menjadi embrio untuk berkolaborasi dengan institusi yang lain. BPPT juga memiliki teknologi modifikasi cuaca yang salah satu fungsinya untuk mengurangi curah hujan.
Menurut dia, sistem cerdas peringatan dini banjir harus segera disusun dengan cepat dengan melibatkan semua lembaga yang telah disebutkan di atas. Secara rinci Seto menguraikan langkah untuk mewujudkan sistem cerdas itu adalah dengan lima langkah.
Pertama, membuat pusat data, informasi, prediksi, dan operasi yang dilengkapi dengan peralatan canggih dan sistem komputasi berkecepatan tinggi. Kedua, setiap pagi dilakukan running secara otomatis model prediksi hujan di Indonesia untuk 24 jam ke depan. Agar cukup detil, untuk wilayah Indonesia dibagi menjadi sekitar enam wilayah. Ini dilakukan secara otomatis.
Ketiga, jika ada daerah yang diperkirakan akan terjadi hujan tinggi dalam 24 jam ke depan maka akan muncul peringatan dini. Ini juga bisa dilakukan secara otomatis. Keempat, deteksi peringatan dini tersebut diteruskan ke daerah secara otomatis melalui aplikasi pesan instan dan atau surat elektronik kepada pemangku kepentingan di daerah terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Hal ini bertujuan agar daerah secara intensif memantau perkembangan cuaca menggunakan data satelit yang update per 10 menit plus data radar BMKG yang near real time. Kelima, pemerintah daerah menyampaikan kepada masyarakat akan sistem distribusi informasi peringatan dini bencana banjir ke masyarakat.
Lebih jauh lagi, kata Seto, informasi prediksi hujan ini harus dipadukan dengan peta rawan banjir dan atau rawan longsor. Juga informasi prediksi tinggi gelombang untuk daerah-daerah yang rawan banjir rob. Sebagai langkah awal, sangat penting Indonesia memiliki sistem nasional peringatan dini bencana banjir yang terpadu dan bersinergi antarinstitusi.
"Harus segera agar kita bisa antisipasi dan mencegah bencana banjir seperti di Garut tidak terulang," ujarnya.