REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak September lalu, masyarakat Boven Digoel, Papua, membudidayakan tanaman pala. Pembudidayaan yang dilakukan bersama Satgas Batalyon Infanteri Para Raider 330/Tridharma Kostrad dilakukan karena tanaman pala tergolong sebagai jenis tanaman langka di sana.
Selain melestarikan tanaman pala, pembudidayaan juga dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat Papua. Tepatnya, meningkatkan lapangan pekerjaan bagi warga setempat. Sebab pala memang tanaman yang sangat dibutuhkan karena sering dimanfaatkan sebagai bahan penyedap masakan.
"Butuh waktu sekitar tiga tahun sampai panen untuk dapat langsung dirasakan hasilnya", ujar Yusril (27 tahun), warga pendatang asal Makassar yang membantu Satgas sebagai supervisor karena pengalamannya dalam pembudidayaan pala.
"Sejauh ini sudah ada hampir 5.000 bibit yang kita kerjakan di ladang seluas 10 hektare", tambahnya.
Menurut Yusril, upaya pembudidayaan pala tergolong sebagai pekerjaan sederhana. Kendati demikian, memang diperlukan ketelatenan dalam prosesnya.
“Misalnya, walaupun pemberian pupuk sama dengan tanaman lain pada umumnya, namun kadar air yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala,” ucap dia.
Selain itu, memang dibutuhkan ahli-ahli pertanian untuk menyukseskan proses pembudidayaan pala. Sebab, selain perihal takaran pupuk dan kadar air, masih terdapat kendala lain yang dapat menghambat pembudidayaan pala, yakni ancaman hama. Bila hambatan tersebut dapat di atasi, masyarakat setempat pun dapat menuai berkah dari panen pala.