REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB Endang Tri Wahyuningsih menyayangkan pasokan gula untuk propinsi itu yang didatangkan dari luar negeri. Padahal, NTB mempunyai pabrik gula.
Pabrik gula terletak di wilayah Kabupaten Dompu. Melihat kondisi itu, Endang berharap, ada perhatian lebih dari dinas terkait untuk mengantisipasi kelangkaan bahan baku untuk gula pada pabrik tersebut.
Keprihatinan Endang disampaikan saat memaparkan kinerja ekspor impor propinsi NTB di Lombok, Senin (17/10). Nilai ekspor dan impor NTB pada September 2016 mengalami penurunan. Untuk nilai ekspor Provinsi NTB pada September 2016 turun 37,16 persen jika dibandingkan ekspor Agustus.
"Ekspor pada September 2016 yang terbesar ditujukan ke Filipina sebesar 48,52 persen, Jepang sebesar 27,85 persen, dan Korea Selatan sebesar 23,46 persen," katanya.
Sementara jenis barang ekspor Provinsi NTB yang terbesar pada September 2016 adalah barang tambang atau galian nonmigas senilai 142,19 juta dolar AS (99,83 persen), perhiasan atau permata senilai 176.670 dolar AS (0,12 persen), dan garam, belerang dan kapur
senilai 27.451 dolar AS (0,02 persen).
Penurunan juga melanda pada sektor impor NTB yang pada September 2016 bernilai 8,84 juta dolar AS atau turun 35,96 persen dibanding dengan Agustus 2016 yang sebesar 13,81 juta dolar AS. Ia menyebutkan, sebagian besar impor berasal dari negara Thailand sebanyak 43,42 persen, Singapura dengan 22,49 persen, dan Australia sebesar 18,42 persen.
"Jenis barang impor dengan nilai terbesar adalah gula dan kembang gula (43,42 persen), bahan bakar mineral (17,21 persen) dan mesin-mesin atau pesawat mekanik (16,14 persen)," lanjutnya.