REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Kehadirannya menjadi bukti keberadaan umat Islam di sekitar masjid. Semakin banyak jumlah masjid, berarti semakin banyak pula umat Islam di daerah itu.
Di seluruh dunia, terdapat beragam model atau bentuk masjid. Di setiap daerah, wilayah, atau negara, memiliki ciri khasnya masing-masing. Semuanya menunjukkan kemajemukan budaya dan umat Islam. Namun demikian, semuanya berujung pada satu tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Salah satu bangunan yang hampir pasti selalu ada di masjid adalah menara. Di Indonesia, keberadaan menara menjadi simbol khusus yang sangat penting. Ia hampir tak bisa dipisahkan dengan masjid. Di mana ada masjid, di situ senantiasa ada menaranya.
Menara berfungsi sebagai tempat berkumandangnya panggilan shalat lima waktu (azan). Melalui menara masjid, suara azan akan bergema ke segenap penjuru untuk menyeru umat Islam agar segera mendirikan shalat lima waktu.
Dalam sejarahnya, terdapat berbagai riwayat mengenai asal-muasal munculnya menara masjid. Ada yang menyebutkan, menara masjid dikembangkan dari menara gereja, mercusuar pantai sebagai tempat menara pengawas, dan lain sebagainya. Sedangkan asal mula menara masjid di dunia, terdapat berbagai versi.
Ada yang menyebutkan, menara pertama kali dibangun pada 665 Masehi di Kota Basrah, pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Ketika itu, pusat pemerintahan Islam dipimpin oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Muawiyah mendukung pembangunan menara Masjid untuk ‘menyaingi’ menara-menara lonceng di gereja.
Namun, menurut KAC Creswell, seorang sarjana asal Inggris yang mengkaji arsitektur Islam, jejak menara di dunia Islam pertama kali ditemukan di Damaskus mulai 673 M. Menara pertama kali di bangun di samping masjid dimulai sekitar 41 tahun setelah Nabi Muhammad SAW tutup usia, tutur Creswell.