REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Puluhan warga bersama ahli waris pemilik lahan melaksanakan salah Jumat di Tol Reformasi Makassar, Sulawesi Selatan. Aksi simpati tersebut menyusul belum terbayarkannya tuntutan sisa ganti rugi tahap kedua kepada ahli waris almarhum Itje Koemala versi Chandra Taniwijaya sejak 1998 oleh Kementerian Prasarana Umum dan Perumahan Rakyat.
"Salat Jumat ini bersama warga untuk berdoa kepada Allah SWAT untuk mengetuk pintu hati semua pejabat yang berkompetan tentang sisa ganti rugi lahan kami senilai Rp 9 miliar lebih," ujar Kuasa Hukum ahli waris, Andi Amin Halim Tamatappi, usai shalat Jumat.
Menurut dia, pihaknya kecewa atas pemerintahan Presiden Jokowi-JK. Sebab sudah bertubi-tubi surat dilayakan tidak pernah mendapat respons positif dari pemegang kebijakan.
Selain itu aksi yang sudah dilakukan di depan Istana Kepresidenan bulan lalu hingga ke Komnas HAM juga tidak ditanggapi. Apalagi mencari penyelesaian atas persoalan yang sudah berjalan lebih dari 15 tahun lamanya. "Kami sangat kecewa, pemegang kekuasaan seperti pak Jokowi saja tidak pernah merespon hal ini. Sisa uang ganti rugi kami pun tidak dibayarkan sampai saat ini," paparnya.
Dirinya menegaskan akan tetap melaksanakan aksi sampai pembayaran sisa ganti rugi dibayarkan Kementerian PU-Pera. Aksi menduduki tol sudah berlangsung selama tiga hari, sejak dilakukan pada Rabu, 19 Oktober 2016.
Diketahui, sisa ganti rugi yang belum terbayarkannya seluas 48.222 meter persegi, dan lahan yang belum sama sekali dibayarkan 100 persen seluas 22.134 meter persegi, total lahan tujuh hektare lebih.
Total lahan yang dibebaskan Kementerian PU-Pera milik ahli waris untuk dipergunakan membuat jalan tol saat itu sekitar 12 hektare lebih.
Tidak terbayarnya sisa pembayaran ganti rugi tahap kedua itu dikarenakan adanya perselisihan antara ahli waris antara non muslim dan Muslim. Namun belakangan telah didamaikan.