REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Budidaya tanaman opium di Afghanistan dilaporkan mengalami lonjakan hingga sepuluh persen sepanjang tahun ini. Menurut PBB, kenaikan tersebut dikarenakan semakin tidak amannya situasi dalam negeri, sementara pada saat yang sama bantuan internasional dalam memerangi narkotika di Afghanistan mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir.
Laman Arab News melansir, Selasa (25/10), budidaya opium di Afghanistan sempat mengalami penurunan pada tahun lalu. Penurunan itu pun lebih disebabkan oleh faktor kekeringan yang melanda negara itu. Akan tetapi, jika dihitung secara keseluruhan, hasil panen opium di sana dikatakan terus mengalami peningkatan selama satu dekade terakhir.
Kondisi semacam itu disebut-sebut ikut menjadi salah satu pemicu terjadinya pemberontakan kelompok Taliban. Kenaikan hasil panen opium di Afghanistan juga turut memacu krisis kecanduan narkoba di kalangan masyarakat dunia.
Tingginya kadar budidaya opium tahun ini diperkirakan bakal mendorong lonjakan produksi opium hingga 43 persen atau menjadi 4.800 ton. Menurut laporan Kantor PBB yang membidangi urusan Kejahatan dan Narkoba (UNODC), angka tersebut sudah berada pada level yang mengkhawtirkan. Dibutuhkan upaya ekstra keras untuk memerangi momok yang akan ditimbulkan oleh kegiatan produksi tanaman haram itu.
“Budidaya opium di negeri ini telah meningkat sebesar 10 persen, tahun ini. Dari lahan kebun yang tadinya seluas 183.000 hektare pada 2015, kini bertambah menjadi 201.000 hektare,” kata Menteri urusan Narkotika Afghanistan, Salamat Azimi, ketika merilis laporan PBB kepada media, Senin (24/10).
Menurut statistik, rekor tertinggi budidaya opium di Afghanistan terjadi pada 2014. Sementara, tahun ini menjadi rekor tertinggi ketiga sepanjang dua dasawarsa terakhir.
Deputi Menteri Dalam Negeri Afghanistan, Baz Mohammad Ahmadi mengatakan, cuaca yang menguntungkan ikut mendorong naiknya laju pertumbuhan opium di negaranya. Di samping itu, situasi keamanan dalam negeri yang kian tak menentu, serta berkurangnya bantuan internasional untuk program kontranarkotika pemerintah juga dituding sebagai penyebab kian maraknya budidaya opium di Afghanistan.
“Dengan fasilitas, peralatan, dan petugas yang ada saat ini, kami tidak bisa melakukan perang terhadap opium di daerah-daerah yang tidak aman,” tutur Ahmadi.