REPUBLIKA.CO.ID, LANGKAT -- Kapolda Sumatera Utara Irjen Polisi Rycko Amelza Dahniel mengajak anggota polisi di daerah itu berpegang dan mengikuti ajaran agama dalam menjalankan tugasnya.

Hal itu disampaikannya ketika menghadiri zikir akbar yang dilaksanakan jajaran Polres Langkat di Stabat, Rabu.

Menurut Kapolda, agama selalu mengajarkan untuk saling menghormati, saling menjaga untuk tetap menguatkan persatuan dan kesatuan sesama suku bangsa.

"Maka kalau kita kembali kepada ajaran agama tidak mungkin ada gesekan," katanya di hadapan ratusan peserta zikir.

Ia mengatakan, polisi yang bertugas menjadi "wasit" harus menerapkan asas keadilan dan harus betul-betul memahami tugas institusi yang menjadi milik semua kelompok itu.

"Polisi tidak boleh main politik, polisi tidak boleh menerima pungli, suap, dan tidak boleh mengambil keuntungan karena polisi milik masyarakat, bukan milik satu golongan atau kelompok," katanya.

Karena itu, polisi harus mengikuti aturan hukum mau pun kearifan lokal yang ada di daerahnya masing-masing agar masyarakat bisa merasa nyaman dan tentram.

Menyangkut tentang Islam sebagai "rahmatanlil 'alamin" yang setiap pengikutnya membangun persaudaraan, menurut Rycko ajarannya harus diterapkan untuk membangun kebersamaan.

Personel Polri yang Muslim mampu berpegang pada dua pilar yaitu kebebasan dan pendekatan secara Islam untuk mewujudkan masyarakat yang "rahmatanlil 'alamin" itu. Demokrasi yang tidak dilandasi ajaran agama Islam maka akan menjadi kebebasan yang tanpa batas yang tidak lagi menghormati para orang tua dan guru.

Dalam zikir akbar itu, pemuka agama Islam Ustadz Zulfikar Hajar menjelaskan, kerja sama "umaro"(pemerintah) dan ulama akan membawa berkah bagi bangsa Indonesia. Dengan dukungan dan nasihat dari ulama, pemerintah dapat menjalankan tugas pemerintahannya dengan baik dan sesuai dengan ajaran agama.

Ikuti Whatsapp Channel Republika