REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan JJ Rizal mengungkapkan, 28 Oktober merupakan perlawanan politik pemuda terhadap politik agama, ras dan etnik kolonial.
"Jadi siapapun yang saling debat lagi soal itu mengkhianati 28 Oktober," ujarnya lewat kicauan di Twitter, Jumat (28/10).
Menurutnya, 28 Oktober merupakan peristiwa mencari bahasa untuk menjamin persatuan bahwa satu tanah air bangsa tak akan beres tanpa keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan.
Problem hari ini, kata JJ Rizal, banyak pemuda tetapi otak dan akalnya jompo. Pembelaan mereka bukan pada kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan tapi kekuasaan.
"Kekuasaan itu lekas bikin pemuda jompo, awalnya sibuk peresmian dan sambutan lalu mempertahankan jabatan agar bisa meresmikan dan sambutan lagi," kicaunya.
Baca juga, Masyarakat Gelar Upara Sumpah Pemuda di Kali Kuning.