Senin 31 Oct 2016 17:23 WIB

World Peace Forum Harus Mampu Hasilkan Kolaborasi Nyata

Rep: wahyusuryana/ Red: Damanhuri Zuhri
Chusnul Mar'iyah.
Foto: Republika/Agung S
Chusnul Mar'iyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan tokoh dari seluruh dunia akan berkumpul di World Peace Forum. Karenanya, World Peace Forum diharap tidak sekadar menjadi dialog saja, tanpa ada aksi lanjutan yang nyata.

Ketua Steering Committee (SC) WPF 2016, Chusnul Mar'iyah, mengatakan dikehadiran tokoh-tokoh dari seluruh dunia memiliki tujuan penting. Ia menekankan, World Peace Forum akan berusaha menciptakan suatu kerjasama langsung, tentu bertujuan melawan kekerasan ekstrimisme di dunia.

"Kita akan coba uraikan permasalahan, kemudian akan dirumuskan solusi, lalu kita coba jadikan itu komitmen," kata Chusnul, Senin (31/10).

Ia menerangkan, komitmen itu bisa berupa kolaborasi kerja langsung, atau rekomendasi antar bangsa maupun yang bersifat multilateral. Namun, Chusnul meyakini akan ada komitmen nyata yang dihasilkan World Peace Forum, terutama karena banyak pula tokoh agama dunia yang akan hadir.

 

Selain itu, asal peserta yang terbilang cukup lengkap dari seluruh dunia, bisa dijadikan keyakinan tambahan agar WPF mampu menghasilkan sesuatu yang konkrit.

Setidaknya, lanjut Chusnul, WPF harus bisa memberikan rekomendasi ke pemerintahan asal, oleh masing-masing tamu dari tiap-tiap negara peserta. "Kita berharap tidak sekadar no action talk only," ujar Chusnul.

Senada, Sekretaris SC Yayah Khisbiyah, menekankan kalau WPF coba berikan sudut pandang yang lebih komprehensif, terutama dengan menjunjung martabat manusia. Hal itu, lanjut Yayah, dilakukan sambil menganalisis soal ketidakadilan global, yang biasanya cuma coba di atasi menggunakan pendekatan keamanan.

Justru, ia merasa pendekatan itu kurang mendekati masalah ketidakadilan global, dan akan lebih efektif dan efisien bila menggunakan pendekatan martabat manusia. Menurut Yayah, pendekatan keamanan malah kerap mendatangkan kekerasan itu sendiri, terlebih selama ini yang kurang perhatikan soal perempuan.

"Sebab, selama ini perilaku kekerasan cuma diperangi, dan malah menciptakan lingkaran setan kekerasan," kata Yayah menjelaskan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement