REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon pejawat gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, peristiwa yang dialaminya di Rawa Belong mencederai demokrasi di DKI. Menurut dia, sebelum muncul warga yang menolak, dia diterima dengan baik.
"Masyarakat semua terima kok. Masyarakat penduduk asli terima kok. Mereka hanya segelintir orang yang menteriak-teriakkan itu," kata Ahok di Polsek Kebon Jeruk, Rabu (2/11).
Dia menilai penolakan terhadap dirinya sebagai tindakan yang tidak dewasa. Sebab, kata dia, hukum di Indonesia tidak bisa dipaksa. "Harus ada aturan. Aturan disepakati ya sudah. Kalau kaya gini kan kasihan masyarakat ketakutan dengar suara begitu, teriak-teriak begitu," katanya.
Kejadian itu berawal saat Ahok melakukan blusukan menyapa warga Rawa Belong Jakarta Barat. Ia mengunjungi tempat bakso Sukinah di Jalan Salam Raya Rawa Belong Nomor 63 Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Beberapa anak kecil pun mengantre bersalaman dengannya.
Namun sekitar pukul 16.25 WIB, sejumlah warga tidak dikenal yang mengaku warga Rawa Belong merengsek masuk ke dalam Gang Jalan Ayub Kelurahan Sukabumi Utara Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di dalam gang tersebut, terdapat pasar kaget Kebon Jeruk. Mereka berteriak-teriak membawa beberapa kertas karton, salah satunya soal penghinaan Alquran yang diduga dilakukan Ahok.
"Saya nolak, saya nolak," ujar salah satu dari warga tak dikenal tersebut. "Ahok ngapain loe ke sini ?" teriak yang lain. "Usir Ahok!! Usir Ahok!!" ujar mereka.
Polisi dan beberapa warga tersebut sempat bersitegang. Sebab, beberapa warga tersebut berusaha maju ke arah Ahok yang sedang blusukan menyapa warga. Menurut salah satu relawan Ahok-Djarot, dalam kejadian ini terdapat satu korban pemukulan. Korban tersebut merupakan Ketua RT 01 RW 07 bernama Dayat. Dayat dipukul saat ingin melerai aksi tersebut.
Ahok yang rencananya juga akan meninjau Sungai Sekretaris di daerah Jakarta, membatalkan blusukan-nya. Ia menaiki angkutan umum bersama para polisi menuju Polsek Kebon Jeruk.
Dalam pekan ini, Ahok sudah dua kali mengalami penolakan oleh sekelompok warga. Pada Senin (31/10), blusukan Ahok di Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, ditolak warga.
Warga Tanjung Barat Kecamatan Jagakarsa, Syuhada Al Aqso mengatakan, warga Jagakarsa menolak kampungnya diinjak oleh penista Alquran dan warga Jagakarsa menolak kehadiran Ahok di kampung tersebut. Syuhada menuntut Ahok agar tidak dihadirkan lagi di Jagakarsa.
"Acara runtutan Ahok di Jagakarsa tadi itu pengkondisian dan settingan tanpa dikasih tahu warga sedikitpun," ujar Syuhada di Srengseng Sawah, Senin (31/10).