REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Agama RI Luman Hakim Saifuddin mengatakan, pemuda diharapkan mampu mencermati media sosial yang menjadikan agama untuk hal-hal yang mengingkari tujuan agama itu sendiri. Jangan sampai, kata dia, agama dijadikan dasar konrfontatif, bagaimana agama dijadikan dasar tindakan menyikapi orang lain dengan positif dan bagaimana pemuda sekarang mampu mewarisi keindonesiaan yang lebih baik dari masa menerima dulu.
"Setiap agama membawa pesan memanusiakan manusia. Ini agar harkat martabat manusia senentiasa terlindungi," kata Lukman saat mengikuti Kemah Pemuda Lintas Agama Tingkat Nasional yang berlangsung Citra Alam River Side Cisarua Bogor mulai Ahad 06 hingga 10 November 2016. Kegiatan ini sangat strategis dan bertujuan agar pemuda perlu diberi bekal kemandirian, bertanggung jawab.
Kemah lintas agama ini dihadiri 270 orang peserta dari seluruh Provinsi di Indonesia. Selain itu ada peserta tambahan sehingga menjadi 450 orang. Kemah Pemuda ini dibuka langsung Mentei Agama RI Lukman Hakim Saifuddin yang didampingi Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI Perimeldi PhD.
Menurut Lukman, bahwa lintas agama lebih pas antarumat beragama. Kata dia, kata lintas itu terkesan ada jarak. Padahal, pemuda mewakili masing agama agar saling belajar antara satu dengan yang lain. "Dapat saling membagi dan memberi antar peserta sehingga saling mengisi antarpeserta," ujarnya.
Dikatakan Menag, bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa besar. Karenanya, kerukunan bukan hal baru. "Keragaman kita memang besar. Tapi dalam keragaman kita tetap rukun. Sudah menjadi kebiasaan jauh sebelum merdeka. Kearifan lokal setiap suku bangsa di Indonesia berkaitan dengan agama. Nilai agama telah terinternalisasi dalam masyarakat Indonesia," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Menag menyampaikan kepada peserta agar meningkatkan keberagamaan dengan cara pertama, tingkatkan kegiatan amaliah kearah kegiatan ilmiah. Kedua, dalami agama dari orang memiliki otoritas atau kompetensi; ketiga, imbangi keagamaan dengan kegiatan ekonomi umat; keempat, ukuran kesalehan dari individual ke arah kesalehan sosial; dan kelima, pemuda agar bekerja bersipat produktif.