Kamis 10 Nov 2016 13:22 WIB

Pesantren Babussalam Gelar Workshop Peran Pesantren dalam Menjunjung HAM

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Agus Yulianto
Pondok Pesantren Alquran Babussalam Bandung menggelar acara silaturahim akbar di komplek pesantrennya, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Acara ini merupakan salah satu upaya Pontren Alquran Babussalam dalam mengampanyekan kerukunan hidup. (Ilustrasi)
Foto: Gunadi PM
Pondok Pesantren Alquran Babussalam Bandung menggelar acara silaturahim akbar di komplek pesantrennya, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Acara ini merupakan salah satu upaya Pontren Alquran Babussalam dalam mengampanyekan kerukunan hidup. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pondok Pesantren Alquran Babussalam menggelar workshop bertemakan 'Pesantren For Peace' 9-11 November. Workshop tersebut dihadiri peserta dari perwakilan pesantren dan organisasi masyarakat Islam di Jawa Barat.

Ketua Pelaksana Workshop yang juga pengajar Pesantren Babussalam Wahidah mengatakan, acara ini diikuti 30 peserta. Berisikan pemaparan materi hingga diskusi berkaitan Hak Asasi Manusi (HAM) dan perdamaian.

Menurut Wahidah, permasalahan saat ini bagi Islam adalah perpecahan sesama Muslim. Hal ini diakibatkan tidak adanya rasa saling memahami perbedaan yang terjadi di antara berbagai pihak.

Wahidah mengatakan, rasa saling memahami perbedaan, erat kaitannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM) yang kerap disuarakan. Namun, pesantren saat ini kebanyakan masih antipati terhadap HAM.

Oleh karenanya, kata dia, workshop ini digelar untuk membedah HAM menuju Islam yang damai. Karena sejatinya Islam sangat menjunjung tinggi HAM. "Masih banyak pesantren atau umat Muslim yang antipati pada HAM karena dianggap produk barat. Jadi kita mencari titik temu karena sebetulnya Islam pelopor HAM. HAM hadir seperti yang dicontohkan Rasulullah," kata Wahidah kepada Republika, Kamis (10/11).

Ia menuturkan, lewat workshop, maka peserta bisa memahami HAM dalam perspektif Islam. Di mana pada dasarnya prinsip HAM yang diajarkan Rasulullah adalah memahami dan menghargai perbedaan yang direfleksikan lewat akhak yang baik.

"Harapannya, sesama Muslim sendiri saling memahami perbedaan mazhab, perbedaan keyakinan sehingga perdamaian bisa tercapai. Terutama supaya ruh Islam itu tercapai yakni membawa rahmatan lil alamin," ujarnya.

Diharapkannya, juga perwakilan masing-masing pesantren dan ormas dapat menyampaikan pesan kedamaian kepada pihaknya. Sehingga ke depannya umat Muslim tetap bersatu.

Meski demikian, dia mengaku, workshop yang digelar tidak berkaitan dengan kondisi memanas saat ini terkait kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama. Pasalnya, kegiatan ini telah direncanakan sejak 2015.

Wahidah menyebutkan, sejak awal tahun 2016 pihaknya telah menggelar serangkaian acara berkaitan workshop. Mulai dari pembuatan modul hingga diskusi dengan berbagai santri dari bermacam-macam pesantren.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement