REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Umat Muslim di Amerika Serikat (AS) mengaku khawatir dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden ke-45 di negara itu. Beberapa perempuan juga diminta untuk terlebih dahulu tidak mengenakan hijab agar identitas agama mereka tidak ketahuan.
Trump selama kampanye secara konsisten mengkiritk Muslim dan berjanji agar semua orang yang beragama Islam tak boleh memasuki AS. Ia juga mengancam akan mengusir mereka semua saat terpilih menjadi pemimpin di Negeri Paman Sam.
Kekhawatiran Muslim AS banyak disampaikan melalui media sosial Twitter. Mereka takut Islamophobia terjadi secara meluas di negara itu saat kepemimpinan Trump. Seorang juru bicara dari Dewan Hubungan Amerika Islam di Ibu Kota Washington mengatakan banyak warga Muslim yang cemas menunggu dimulainya kekuasaan Trump.
Mereka semua masih akan melihat apakah retorika kampanye miliarder itu terbukti sepenuhnya. "Kami masih menunggu apakah kebijakan fanatik dan rasis yang Trump sebutkan selama kampanye benar-benar terjadi," ujar juru bicara tersebut, dilansir The Independent, Kamis (10/11).
Ia juga mengatakan Dewan akan terus membela hak-hak sipil warga AS. Hal itu dilakukan, meski pemerintah negara tidak sepakat. Sementara itu, ketua dari Komunitas Muslim Amerika, Nihad Awad mengatakan mereka akan terus menetang segala bentuk kefanatikan.
Kebebasan dan hak semua warga AS harus diutamakan, tanpa memandang suku, agama, dan ras. "Kami akan terus menentang segala bentuk ketidakadilan. Muslim Amerika di sini untuk tinggal dan tidak akan pernah terintimidasi maupun terpinggirkan," jelas Awad.