REPUBLIKA.CO.ID, Dengan terbata-bata, Sulardi mengeja satu demi satu huruf hijaiyah itu. Ia berusaha melafalkannya dengan benar. Sesekali dia berhenti, karena lupa cara melafalkan salah satu huruf. Jika sudah begitu, dia pun memejamkan mata. Sambil sedikit menengadahkan wajahnya, berpikir dalam. “Wal..Wal..’Ash..Ri.. yang ini Fil..Fa..s..Fil Fasli,” begitu dia berusaha mengeja huruf hijaiyah.
Di antara kerumunan orang yang berolah raga Ahad (13/11) pagi itu, Sulardi begitu khusyuk belajar mengaji bersama Education on the Street. Sebuah komunitas sosial yang berupaya mengajarkan cara membaca huruf hijaiyah dan Alquran kepada warga Solo, tiap Ahad pagi, di Car Free Day.
Sulardi juga tak sungkan belajar mengaji bersama anak-anak yang memang paling banyak mengikuti kegiatan itu. Tekadnya begitu kuat, agar suatu hari bisa membaca Alquran dengan lancar. Baginya tak ada kata telat untuk belajar mengaji, sekalipun usianya sudah 61 tahun.
Dia sangat yakin Allah SWT akan memberikan pertolongan dan kemudahan bagi hambanya yang bersungguh-sungguh untuk mempelajari kitabNya. Di relung hatinya, Sulardi ingin Ramadhan nanti bisa ikut bertadarus bersama tetangga-tetangganya di Masjid. Ia pun bercita-cita mengajarkan cara membaca Alquran kepada keluarganya.
“Sekeluarga tidak ada yang bisa baca Alquran. Saya dengar di pengajian itu orang yang tidak bisa membaca Alquran akan menyesal di alam kuburnya. Mereka ingin dihidupkan lagi tapi semuanya sudah terlambat. Saya tak mau jadi orang yang menyesal karena tidak bisa membaca Alquran, karena itu saya tak malu belajar,” kata Sulardi, warga Perumnas Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, usai belajar mengaji.
Ini pertemuan keempat Sulardi belajar mengaji bersama Education on the Street. Sejak belajar mengaji, dia merasakan banyak kemajuan. Huruf-huruf hijaiyah sudah dikenalinya, meski terkadang masih kebingungan saat huruf-huruf itu disambungkan dan dengan harokat yang berbeda.
Gaya hidupnya pun perlahan berubah. Biasanya, usai bekerja sebagai montir di sebuah bengkel di Solo, Sulardi menghabiskan waktu dengan menonton televisi atau kongkow dengan teman-temannya hingga larut malam. Kini, dari sore hingga malam digunakannya untuk memperdalam cara membaca huruf hijaiyah.
“Saya tidak mau membuang-buang waktu lagi, saya ingin cepat bisa membaca Alquran. Saya targetkan satu tahun ini harus bisa lancar,” kata dia.
Selain Sulardi, Setiyo (40 tahun) juga ikut belajar mengaji. Bahkan dia mengajak serta anaknya untuk ikut bersama mengaji. Dia tertarik terlebih setelah mendengar anak-anak kecil dengan lancarnya membaca beberapa surat-surat pendek.
Sebetulnya dulu, saat masih muda, Setiyo pernah belajar mengaji kepada seorang ustaz di kampungnya. Namun, tak serius. Dia pun tak melanjutkan hal itu. “Kegoda ini, kegoda itu, banyak main-mainnya waktu muda. Mau belajar lagi malu, apalagi dewean (sendirian),” tutur Setyo warga Pasar Kliwon. Seperti Sulardi, dia pun ingin bisa mengajarkankan Alquran kepada istri dan anaknya.
Education on the Street menjadi salah satu program dari Al Islam Center Solo. Yakni mengajarkan cara membaca Alquran dengan metode khusus. Sehingga seseorang yang mempelajarinya akan dengan cepat mahir membaca Alquran.
Koordinator Education on the Street Lanjar Suwarto mengatakan, metode mengaji bernama Sakifah tak mengurut hujuf hijaiyah seperti pada umumnya yang dimulai dari Alif hingga Ya. Melainkan di acak dengan pelafalan yang dapat dengan mudah dipahami pembacanya.
“Misalnya kita awali dengan mengenalkan huruf Nun, Mim, Sin, dan Ya dengan harokat Fathah, maka kami ajarkan menyebutnya dengan Na, Ma, Sa, Ya, jadi lebih mudah diingat kan. Untuk bukunya bisa di dapatkan di toko buku, kami hanya mengajarkannya saja,” tutur Lanjar.
Menariknya, kata dia, pembimbing di Education on the Street tak hanya berasal dari pengurus di Al Islam Center Solo. Namun, terdapat juga beberapa santri dan warga yang sudah mahir mengaji dengan secara suka rela mau mengajarkan membaca Alquran kepada warga lainnya.
Suwarto mengatakan, belajar membaca Alquran pada dasarnya sangat mudah, tak terkecuali bagi orang yang sudah lanjut usia. Hanya saja, kata dia, karena faktor psikologis sehingga membuat seseorang menilai membaca Quran menjadi sulit.
“Semua tergantung di hati dan mindsetnya. Maka dari itu, kita juga suport secara psikologis orang-orang yang mau belajar. Kita tunjukan bahwa membaca Alquran itu sangat mudah seperti mengeja nama dalam bahasa Indonesia,” tuturnya.
Selain mengajarkan membaca Alquran, Education on the Street juga mengajak warga Solo untuk giat membaca. Karena itu, disediakan pula buku-buku yang bisa dibaca ditempat. Lanjar berharap, setiap kebaikan yang dilaksanakan dapat ditularkan oleh warga yang datang belajar ke Education on the Street.