Oleh: Ketua Komisi Dakwah MUI, Chalil Nafis
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, aktivitas keislaman mulai aktif dan marak. Lantunan azan Allahu Akbar kembali terdengar dari puncak Bukit Albayzin. Membahana, menembus sekat-sekat permukiman sempit sampai ke Istana Alhambra.
Masjid Jami' Granada menjadi destinasi beribadah bagi sekitar lima ratus Muslim yang berada tak jauh dari Distrik Albayzin. Kehadirannya digambarkan sebagai kembalinya peradaban Muslim di Granada.
(Baca Juga: Masjid Granada Bukan Bangunan Ibadah Biasa)
Bukan untuk mengambil kembali kekuasaan, tapi untuk menyuarakan bahwa mereka juga termasuk warga Spanyol yang selama ini diasingkan. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menawarkan program kursus bahasa Arab, baik bagi Muslim maupun non-Muslim.
Saya melihatnya dari selebaran kertas yang tertata rapi disamping pintu masuk masjid. Selain itu, masjid ini juga dijadikan sebagai pusat kajian Islam untuk mengenalkan peradaban Islam yang toleran dan moderat.
Ruangannya terpisah dengan bangunan masjid, tepatnya berada di lantai bawah. Ruangan ini terdiri dari perpustakaan, ruang kelas, dan ruang konferensi.