Rabu 16 Nov 2016 06:33 WIB

'Pesantren tak Pernah Ajarkan Pengeboman'

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Angga Indrawan
Sepeda motor milik terduga pelaku ledakan terparkir di Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).
Foto: Antara/Amirulloh
Sepeda motor milik terduga pelaku ledakan terparkir di Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Forum Pesantren Kota Tasikmalaya Helmi Yusuf menegaskan pesantren tak pernah mengajarkan ideologi terorisme maupun aksi pengeboman. Hal itu menyusul stigma pesantren sebagai produsen pelaku teror.

Ia menyatakan bahwa aksi pengeboman gereja di Samarinda, Kalimantan Timur malah mencederai kerukuman umat beragama di Indonesia. Pasalnya, pelaku malah menggunakan atribut Islam ketika melancarkan aksinya. Padahal, ia meyakini pelaku teror seperti itu malah meninggal dalam keadaan buruk, bukan mati syahid sebagaimana dipercaya pelaku teror.

"Pesantren tidak ajarkan kekerasan dan pemboman, adapun ada peristiwa pemboman itu cuma oknum. Dasarnya tindakan seperti itu tidak ada," katanya saat ditemui usai Apel Kebhinekaan Cinta Damai di Balai Kota, Selasa (15/11).

Sebagai Kota Santri, ia ingin Tasik menjadi simbol perdamaian dan kerukunan antar umat beragama. Sebab, ia mengatakan para santri sebenarnya memperoleh pelajaran bahwa Islam merupakan agama rahmat bagi semesta. Sehingga dengan asumsi demikian, umat Islam seharusnya berlaku baik bagi semua makhluk, termasuk umat beragama lain.

"Tasik itu kota santri, kota religi, kota cinta damai. Islam itu rahmatan lil alamin diajarkan ke santri berupa hubungan baik antar manusia. Cinta damai itu akhlakul karimah jadi Tasikmalaya mayoritas Muslim tapi tetap ada namanya saling menghargai antarsesama," ujarnya.

Sebelumnya, ledakan bom molotov terjadi di depan Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Samarina, Kaltim, Ahad (13/11). Pelaku menjalankan aksinya dengan mengenakan kaos bertuliskan 'Jihad Way of Life (Jihad itu jalan kehidupan). Dalam aksi itu, empat orang anak-anak terluka dan satu korban meninggal dunia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement