REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan dan pembunuhan yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar semakin mengkhawatirkan. Untuk itu, Majelis Ulama Indonesia akan ikut dalam pertemuan di Kuala Lumpur, Malaysia akhir November ini demi membahas tragedi kemanusiaan di Rakhine tersebut.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri, Muhyiddin Junaidi, mengungkapkan MUI akan menghadiri pertemuan ormas-ormas Islam di Kuala Lumpur. Ia menuturkan, pertemuan itu merupakan inisiatif dari Rabithah Al Alam Al Islami, dengan agenda membahas langkah agar bantuan kemanusiaan bisa benar-benar masuk ke Rakhine.
"Insya Allah 26-27 November nanti ada pertemuan di Kuala Lumpur," kata Muhyiddin kepada Republika.co.id, Senin (21/11).
Ia menerangkan, pertemuan itu turut membahas bantuan yang akan diberikan dari berbagai negara, baik berupa materi, moral, maupun spiritual, sekaligus koordinasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, belum ada informasi tambahan yang bisa disampaikan terkait siapa saja yang akan datang ke pertemuan itu, dan bagaimana teknis pertemuan berlangsung.
MUI dan ormas-ormas Islam sudah melakukan dua kali pertemuan pada 2012 dan 2013 lalu, termasuk dengan Kepala Kantor PBB di Jakarta bersama Menteri Luar Negeri kala itu Marty Natalegawa. Ia menegaskan, MUI menilai ini merupakan permasalahan komunal dan bertentangan dengan Piagam HAM PBB, sehingga mengajukan empat permintaan terkait itu. (Baca juga: Menteri Agama Ajak Umat Islam Doakan Muslim Rohingya)
Pertama meminta pemerintah Myanmar mengakui kewarganegaraan Muslim di Rohingya, kedua meminta HAM dijaga dan dihormati, ketiga meminta berbagai atribut keagamaan terutama Islam untuk dipelihara dan diproteksi. Terakhir, MUI meminta biksu-biksu Myanmar untuk tidak menyulut pertikaian yang akan menimbulkan aksi kekerasan kepada Muslim Rohingya.
"Bahkan, kita sudah sampaikan undangan ke biksu-biksu "garis keras", yang ada di sana ke Indonesia tinggal dan melihat bagaimana kerukunan yang ada," ujar Muhyiddin.
Ia menambahkan, biksu-biksu itu hendak diberikan contoh nyata bagaimana umat Islam dan Budha bisa hidup berdampingan, serta memahami bagaimana semua atribut keagamaan seperti candi-candi dipelihara dan bukan dirusak. Menurut Muhyiddin, walau undangan itu belum dipenuhi, MUI akan mencoba langkah-langkah lain agar perdamaian terwujud di Rakhine.