REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menurut sebuah penelitian terbaru di Australia, perawat perempuan paling banyak meninggal karena penggunaan obat yang disengaja dibandingkan pekerja kesehatan lainnya.
Para peneliti dari Departemen Kedokteran Forensik di Monash University mengkaji sekitar 400 kematian berkenaan dengan penggunaan obat-obatan di kalangan pekerja kesehatan Australia antara 2003 dan 2013. Para pekerja kesehatan itu termasuk dokter, paramedis, perawat, dokter gigi, psikolog, apoteker dan dokter hewan.
Peneliti utama laporan tersebut Jennifer Pilgrim menemukan kematian tertinggi adalah di kalangan perawat, yaitu 62 persen disusul kalangan dokter, yaitu 18 persen. Kebanyakan perawat adalah perempuan sementara para dokter adalah laki-laki.
"Kematian karena penggunaan obat-obatan di kalangan pekerja kesehatan profesional di Australia kebanyakan terjadi di kalangan perempuan berusia 40-tahunan, yang memiliki gangguan mental, mengalami stress pribadi atau karena pekerjaan, dan punya kecenderungan menyiksa diri," kata laporan tersebut.
Keinginan menyiksa diri sendiri adalah penyebab utama kematina, dan juga gangguan mental merupakan hal yang umum, dengan setengah diantara mereka yang meninggal didiagnosa menderita depresi.
Namun melihat begitu beragamnya mereka yang bekerja di sektor kesehatan, dokter hewan adalah mereka yang paling berpotensi mengalami overdosis yang fatal.
"Kebanyakan para dokter hewan ini memang sengaja ingin menyiksa diri sendiri ketika mereka menggunakan obat bius berlebihan. Sebelum kami melakukan penelitian, kami tidak tahu over dosis penggunaan obat ini adalah sebuah masalah di Australia. Stres personal dan di tempat kerja adalah hal yang umum, selain juga masalah keuangan, masalah rumah tangga, dan stres di tempat kerja," kata Pilgrim.
Didapat secara ilegal
Rata-rata 37 pekerja kesehatan di Australia meninggal setiap tahun karena over dosis obat-obatan. Kebanyakan obat-obatan ini didapat secara ilegal dari tempat kerja, dengan pencurian atau membuat resep untuk diri sendiri.
Pilgrim mengatakan penemuan ini menimbulkan pertanyaan apakah sudah cukup hal dilakukan untuk memantau pekerja kesehatan dalam soal masalah kesehatan mental mereka dan penggunaan obat-obatan.
"Banyak pekerja kesehatan mengobati diri sendiri atau tidak mencari perawatan sama sekali. Ini menunjukkan perlunya deteksi lebih baik atas berbagai masalah ini untuk bisa memberikan dukungan yang mereka perlukan," katanya.
Piligrim mengatakan hampir semua pekerja kesehatan ini masih melakukan tugas mereka ketika meninggal, meskipun mereka sudah mengalami masalah. "Bagaimana kematian yang mungkin bisa dicegah ini tidak dianggap sebagai insiden di tempat kerja," katanya.
Para peneliti mengatakan penemuan ini menunjukkan perlunya 'untuk mempertimbangkan peningkatan pengawasan dan manajemen terhadap para pekerja kesehatan" di Australia untuk mencegah korban di masa depan. Pilgrim juga mengataakn meski jumlahnya kecil, tingkat kematian juga tinggi di kalangan dokter anestetis (obat bius).
"Kebanyakan yang terlibat menggunaakn obat yang mereka gunakan dalam bekerja." katanya.
Penelitian internasional menunjukkan banyak pekerja kesehatan tidak mau mengungkapkan masalah kesehatan mental dan juga penggunaan obat karena adanya stigma dan kekhawatiran kehilangan pekerjaan.
Para pekerja kesehatan juga menghadapi faktor lain seperti stres, jam kerja yang panjang, bisa membuat resep sendiri dan juga kemudahan mendapatkan obat-obatan yang berisiko tinggi.