REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Operasi kemanusiaan di Myanmar untuk memberikan sumbangan makanan, uang, dan gizi kepada 150 ribu warga Rohingya ditahan Pemerintah Myanmar selama 40 hari.
International Organization for Migration (IOM) mendesak Pemerintah Myanmar untuk membuka akses bagi para pekerja kemanusiaan untuk mendistribusikan kebutuhan pengungsi Rohingya.
Sebab selama ini pengungsi Rohingya kehidupannya menyedihkan kebutuhan dasarnya seringkali tak terpenuhi dan hidup terlunta-lunta.
Pejabat Informasi Publik Regional untuk Komisioner Tinggi untuk Pengungsi, PBB, Vivian Tan mengatakan, tujuan operasi kemanusiaan ini adalah memberikan bantuan kepada warga Rohingya sehingga mereka tak melarikan diri ke Bangladesh.
"Jika mereka tak mendapatkan bantuan di negaranya sendiri maka mereka terpaksa lari ke Bangladesh," katanya, Selasa, (22/11).
Tan juga meminta agar Pemerintah Bangladesh tetap menjaga tradisi mereka yang ramah dan mau membuka pintu masuk bagi pengungsi Rohingya yang saat ini terlunta-lunta. "Saya harap Pemerintah Bangladesh bersedia membuka pintu," ujarnya.
Konflik di Rakhine yang melibatkan militer Myanmar dengan suku Rohingya merupakan ujian terberat bagi peraih nobel perdamaian Aung San Suu Kyi.
Namun di berbagai kesempatan, Suu Kyi sayangnya selalu menolak berkomentar soal masalah yang dialami suku Rohingya yang ditindas dan dikebiri hak-haknya.