REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Penembak jitu ISIS menargetkan warga sipil yang mencoba melarikan diri dari pertempuran di dalam Kota Mosul. Sekitar 200 orang membutuhkan perawatan darurat karena terkena luka tembak selama satu pekan terakhir.
OCHA, Badan Kemanusiaan PBB mengatakan, beberapa di antara korban tembak adalah wanita dan anak-anak. Lembaga-lembaga bantuan mencoba memberikan fasilitas medis tambahan untuk menangani jumlah korban yang semakin bertambah.
Lebih dari 69 ribu warga melarikan diri dari Mosul setelah pasukan Koalisi Irak yang didukung militer AS mulai menguasai kota tersebut. Masih ada satu juta warga yang terjebak dan mendapat ancaman serius dari penembak jitu ISIS.
Pada Selasa (22/11), pasukan Irak mencoba merebut wilayah Zohour di timur Mosul. Namun, mereka menghadapi perlawanan keras dari para militan ISIS.
"Kami maju dengan hati-hati. Terlalu banyak penduduk yang masih tinggal di sini," ujar Brigadir Jenderal Haider Fadel, dikutip The Independent.
Baca juga, ISIS Culik 300 Pekerja Pabrik.
Setelah memasuki Mosul, operasi yang dilakukan Irak tidak mengalami kemajuan yang berarti. ISIS terus memaksa ribuan orang menjadi perisai manusia dan menempatkan ratusan bom, serta ranjau darat di jalur darat.
Bom bunuh diri juga menjadi ancaman utama pasukan Irak. Pelaku bisa muncul dalam hitungan detik dan membunuh seluruh unit.
IHS Markit, sebuah perusahaan analis intelijen yang berbasis di London, mengatakan Mosul merupakan kota produksi senjata kimia ISIS. Namun, bahan kimia seperti klorin telah dipindahkan ke kota Raqqa di Suriah.
Menteri Luar Negeri Irak, Ibrahim al-Jaafari mengatakan, meski tidak ada kemajuan pesat, pasukan telah berhasil menewaskan 1.700 pasukan ISIS. Sepertiga dari mereka tewas di Provinsi Nineveh.