REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Angkasa Pura I mencatatkan obligasi I senilai Rp 2,5 triliun dan sukuk ijarah I sebesar Rp 500 miliar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dananya akan digunakan untuk mendukung pengembangan lima bandara.
"Obligasi dan sukuk ijarah yang dicatatkan itu merupakan bagian dari pendanaan eksternal yang diperkirakan mencapai Rp 25 triliun sampai dengan 2020 mendatang," ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Danang S Baskoro di Jakarta, Senin (28/11).
Ia mengatakan bahwa pendanaan eksternal diperlukan oleh Angkasa Pura I untuk pembangunan dan pengembangan bandara, yakni Bandara Ahmad Yani Semarang membutuhkan dana investasi Rp 2,1 triliun yang ditargetkan beroperasi pada 2018. Kemudian, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin senilai Rp 2,3 triliun dan ditargetkan beroperasi pada 2019.
Selain itu, dana untuk pembangunan bandara baru Yogyakarta yang membutuhkan investasi senilai Rp 9,3 triliun yang ditargetkan beroperasi pada 2020. Lalu, terminal 3 bandara Juanda Surabaya senilai Rp 9,1 triliun ditargetkan beroperasi pada 2020, dan bandara Sultan Hasanuddin Makassar senilai Rp 3,6 triliun dengan target 2020. "Untuk yang di Yogyakarta, sekarang sedang tahap pembebasan lahan, mudah-mudahan selesai bulan ini. Kemudian kita bikin desain," katanya. Menurut dia, pembangunan dan pengembangan bandara itu akan meningkatkan kualitas layanan, kepuasan pengguna jasa bandara, serta untuk mengimbangi laju pertumbuhan penumpang pesawat udara yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan kinerja operasional dan finansial perusahaan.
Direktur Keuangan dan TI Angkasa Pura I Novrihandri menambahkan bahwa ke depan, Angkasa Pura I akan mengoptimalkan sumber dana eksternal dari penerbitan obligasi dan sukuk serta pinjaman dari lembaga keuangan bank dan non-bank untuk membiayai belanja modal. "Pembangunan dan pengembangan bandara-bandara itu mendesak dilakukan karena sudah mengalami 'lack of capacity'," katanya.