Kamis 01 Dec 2016 18:29 WIB

Tren Penyebaran HIV ke Ibu Rumah Tangga di Bandung Naik

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Winda Destiana Putri
AIDS
AIDS

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tren Penyebaran virus HIV/AIDS di Kota Bandung dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut, Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Henny Rahayu Ningtyas, pertahun tren kenaikan ibu rumah tangga yang terkena HIV/AIDS meningkat 3 sampai 4 persen.

Bahkan, menurut Henny, saat ini presentase jumlah ibu rumah tangga yang terkena HIV/AIDS lebih besar dibandingkan pekerja seks komersil. Hingga Juli 2016, jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Bandung sebanyak 3.912 orang. "Dari jumlah itu, sebesar 11,38 persen ibu rumah tangga atau sebanyak 448 orang. Sedangkan Pekerja seks, hanya 3,83 persen," ujar Henny kepada wartawan di Ruang Bandung Menjawab, Kamis (1/12).

 

Tren kenaikan signifikan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga, menurut Henny, terjadi dua sampai tiga tahun terakhir ini. Padahal, dulu penyebaran yang paling rawan terjadi pada pengguna narkoba suntik. "Sekarang pengguna narkoba justru tak terlalu menularkan. Tapi, Ibu rumah tangga kasusnya banyak," katanya.

Saat ini, kata dia, ibu rumah tangga menjadi rentan karena tak mengerti dan tak tahu pasangannya sering berganti pasangan. Sehingga, mereka percaya pada pasangannya dan tak melakukan antisipasi. Untuk PSK, kasusnya semakin turun karena sering mendapatkan penyuluhan bagaimana melayani tamu agar terhindar dari HIV/AIDS. "PSK, sudah banyak yang pakai pengaman saat melayani tamunya," katanya.

Henny mengatakan, tingginya kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga berpengaruh pada anak penderita HIV/AIDS. Karena, virus tersebut bisa menular melalui air susu. Saat ini, anak di bawah 3 tahun yang terkena HIV/AIDS ada 72 orang. Karena masih bayi, mereka rutin diberi bantuan susu formula. "Kalau anak HIV/AIDS yang diatas 3 tahun, tak kami beri susu. Jadi, pendataannya susah," katanya.

 

Agar kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga tak meluas, kata Henny, semua ibu hamil yang datang ke puskesmas wajib diperiksa HIV/AIDSnya. Karena, kalau ada yang positif mereka ada perlakuan khusus saat hamil, melahirkan dan menyusui. "Kalau penanganannya tepat, 50:50 bayinya bisa positif HIV/AIDS atau tidak. Tapi, kalau penangannya salah bayi bisa positif," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement